Lantunan demi lantunan
Teringat akan masa silam
Saat kau berada di simpangan
Kau tersenyum
Menanti motor berhenti di sisi
Kau duduk di boncengan dengan segera
Kedua tanganmu melingkar di pinggangku dengan erat
Melaju ke warung bakso langganan
Kita melakukan kebiasaan rutin yang menyenangkan
Malam minggu yang penuh kenangan
Tersenyum sambil menikmati hidangan
Aku tahu diri
Ayahmu menunggu di rumah
Kita membelikan seporsi bakso untuknya
Sebagai oleh-oleh dari kita berdua
Lima belas menit
Tak jauh jarak dari warung ke rumahmu
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan
Aku mohon pamit karena sudah larut malam
Ternyata itu malam terakhir
Kau direnggut secara paksa
Ada maling menyatroni rumahmu
Harta dan nyawamu ikut melayang
Aku hampir gila
Tak dapat kupercaya kalau kau meninggalkanku
Tidak pernah terpikir kau pergi dengan cara seperti itu
Aku nyaris bunuh diri
Tapi saat melihat Alkitab pemberianmu
Kado ulangtahun ke-25 darimu
Aku mengurungkan niat
Setelah aku membaca kata-katamu di halaman pertama Alkitab
Kau mengatakan dengan lugas
Dalam dua kalimat
Singkat tapi tepat
Dua kalimat itu membuatku sadar
Bunyi dua kalimat itu adalah
"Jangan akhiri hidup kita dengan sia-sia. Akhiri bersama dengan Tuhan."
Aku bangkit kembali
Aku tak mau mengecewakanmu
Aku tak mau menyia-nyiakan hidup
Aku mau mengakhiri bersama dengan Tuhan
Tetesan nada ini
Kupersembahkan
Di malam gelap pekat
Untuk mengenangmu
Samarinda, 12 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H