Ada dua sosok. Orang-orang yang sederhana. Tapi memberikan pengaruh besar. Bagi orang lain dan terutama diri saya pribadi.
Mungkin bapak dan ibu ini tak mengira. Saya menganggap mereka sebagai guru-guru saya. Mahaguru. Begitulah saya memanggil mereka dalam hati.
Bu Ani. Delapan tahun kebersamaan. Bukan waktu yang singkat. Suka dan duka berpaut di kursus yang tak mungkin saya lupakan.
Meskipun ada riak-riak dan gelombang menghempas. Walaupun timbul pertentangan. Semua itu tetap tidak merubah paradigma saya mengenai beliau. Beliau adalah guru yang mengajar saya perihal nilai-nilai kebajikan.
Pak Budi. Sosok kepala sekolah yang tak mungkin saya lupakan. Beliau tidak banyak bicara. Perbuatan beliau sudah mencerminkan keluhuran budi yang sebenarnya.
Ada sejumlah kepala sekolah yang pernah menjadi atasan saya. Saya menghormati semuanya. Namun kalau harus menyebutkan satu nama kepala sekolah yang paling berkesan dalam hidup saya. Saya tak akan ragu untuk menyebutkan nama Pak Budi.
Beliau sudah berpulang beberapa tahun yang lalu. Namun kata-kata beliau akan tetap hidup di benak saya. Pesan yang tak pernah akan sirna. Penghargaan yang sudah terpatri dalam hati.
Terima kasih, Pak Budi dan Bu Ani. Anda berdua adalah mahaguru bagi saya. Ilmu dan pengetahuan warisan Anda tak akan terlupa. Sampai kapan pun juga akan tetap abadi dalam sanubari.
Samarinda, 7 Oktober 2020
P.S. Bu Ani dan Pak Budi bukan nama sebenarnyaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H