“Enak ya, Pak. Si Atta Halilintar langsung kaya mendadak dari YouTube…”
Kebanyakan generasi zaman now seperti Didi (bukan nama sebenarnya), murid les saya yang masih siswa kelas enam Sekolah Dasar, hanya melihat hasil “kekayaan” daripada “proses” meraih kekayaan tersebut.
Kaya dalam tempo singkat? Sangat menyedihkan saat mengetahui ada paradigma “kaya mendadak” di benak Didi dan kebanyakan warganet.
YouTuber-youtuber sukses seperti Atta Halilintar, Deddy Corbuzier, Raditya Dika, dan lain-lain tidak membangun akun YouTube mereka dalam semalam dan mendapat cipratan rezeki melimpah sesudahnya dengan gampang. Ada proses panjang yang harus mereka jalani sehingga mendapat penghasilan dari Adsense YouTube.
Pengertian YouTuber sejati
Tak lengkap kalau kita tak menyelisik makna YouTuber sejati itu sendiri, karena terkadang kebanyakan orang pada umumnya hanya mengaitkan pengertian youtuber dengan uang semata.
Saya mencari pengertian YouTuber di dua sumber dari sekian banyak platform yang bisa menjadi acuan. Oxford Dictionary of English dan Google Translate yang menjadi dua sumber tersebut, karena sumber-sumber lain juga menyatakan hal yang sama.
YouTuber is a person who uploads, produces, or appears in videos on the video-sharing website YouTube. (Oxford Dictionary of English)
YouTuber adalah seseorang yang mengupload, memproduksi, atau muncul dalam video di situs berbagi video YouTube (Hasil terjemahan di Google Translate)
Melihat dari pengertian dalam bahasa Inggris dan Indonesia, sudah terlihat jelas bahwa sosok YouTuber hanya sebatas mengunggah, membuat, atau tampil dalam video di situs berbagi video YouTube. Tak lebih dari itu.
Kalau pun ada komisi adsense YouTube, itu hanya sebagai bentuk apresiasi dari pengelola YouTube untuk para YouTuber yang sudah berjerih lelah dalam membuat berbagai video.
Sedangkan "sejati", menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah :
Sejati" adalah seseorang yang murni sekadar mengupload, memproduksi, atau muncul dalam video di situs berbagi video YouTube.
Jadi bisa disimpulkan kalau "YouTuberItu menurut pendapat saya.
Kriteria YouTuber sejati menurut saya
Sesuatu yang dijalani dengan serius dan berkelanjutan tanpa henti menunjukkan kesejatian. Apalagi di zaman sekarang. Kalau hanya sekadar mengikuti tren, keinginan dalam menjalani kegiatan nge-youtube akan sirna dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Oleh karena itu, menurut saya, ada tiga kriteria YouTuber sejati.
1. Ingin berbagi pengalaman dan wawasan yang bermanfaat untuk sesama
Saya tidak menyukai kecenderungan berbagai konten video saat ini yang mengarah pada prank; candaan yang berlebihan; mencari sensasi; serta menampilkan judul dan caption yang clickbait, padahal isi dari video tidak mencerminkan judul tersebut.
Ingin mendapatkan subscribers dan views sebanyak-banyaknya tidaklah salah. Sah-sah saja, tapi menurut saya, seharusnya dilakukan dengan elegan dan memperhatikan etika kesopanan, apalagi di masa pandemi covid-19 saat ini.
Anak-anak bisa dengan bebas menyaksikan dan meniru apa yang mereka tonton. Kalau orangtua tidak mengontrol dan memberikan proteksi serta pengarahan perihal video yang layak dan tidak layak tonton kepada putra-putri mereka, maka akibatnya bisa berbahaya. Degradasi moral bisa terjadi.
Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran diri, bahwa kebermanfaatan lebih berarti daripada sekadar tenar dan mendapat kekayaan.
Saya sangat mengapresiasi beberapa YouTuber yang memang bertujuan ingin berbagi pengalaman dan wawasan yang bermanfaat untuk sesama.
Saya sendiri sudah mempunyai akun YouTube sejak 2012, namun baru pada tahun 2018, saya mengunggah video pertama saya, yaitu yang ada di bawah ini.
Awalnya saya hanya ingin menyimpan video gitaran saya di YouTube. Mengantisipasi jika laptop dan smartphone rusak di waktu mendatang. Saya cuma memperlakukan YouTube sebagai album video pada awalnya.
Namun, sewaktu ada beberapa orang yang mengapresiasi permainan gitar saya yang masih banyak kekurangannya, saya jadi tersadar bahwa video-video permainan gitar saya tersebut bisa bermanfaat bagi orang lain. Selain bisa menghibur diri sendiri, juga bisa menghibur orang lain.
Saya juga membuat akun YouTube seputar pembelajaran bahasa Inggris sesuai dengan profesi saya sebagai guru bahasa Inggris. Sayangnya, sampai saat ini, baru ada dua video yang saya buat berdasarkan artikel saya di Kompasiana. Salah satu video tersebut ada di bawah ini.
Mudah-mudahan saya bisa mengembangkan lebih lanjut akun YouTube seputar pembelajaran bahasa Inggris ini.
2. Do it regularly although nobody watch it
Dalam bahasa Indonesia berarti “Lakukan secara teratur meskipun tak ada seorang pun yang menontonnya”.
Bagi saya pribadi, jika tidak ada yang menonton video saya di YouTube, tidak menjadi soal bagi saya, karena tujuan saya hanya ingin berbagi pengalaman dan wawasan, serta kesenangan yang bermanfaat.
Sama halnya dengan menulis. Nobody reads this article, no problem. Ya, kalau ada yang nonton video dan membaca tulisan saya, tentu saja saya senang. Apalagi kalau ada komentar yang menyatakan apresiasi. Tapi kalau ada pikiran "harus banyak orang yang menonton video dan membaca artikel saya", akan menjadi beban dalam diri.
Saya menetapkan komitmen untuk berdisiplin mengunggah satu video dalam seminggu ke akun YouTube gitaran saya. One week, one video. Memang susah, namun bukan hal yang mustahil untuk dilakukan.
Selama dua minggu terakhir, saya cukup sukses menaati komitmen yang saya sudah tetapkan. Dua video sudah dihasilkan, meskipun napas sedikit ngos-ngosan dan jari-jari kiri tambah kapalan. Namun saya menikmati. Views sedikit tidak menjadi masalah. Lagipula, permainan gitar saya di dua video tersebut memang masih belum terlalu mulus. Ditambah dengan pencahayaan yang kurang karena pengaturan pada kamera smartphone yang masih belum bisa saya pecahkan waktu itu.
Namun paling tidak, saya bisa memenuhi komitmen itu. Kekurangan perihal kelancaran dalam memainkan gitar dan pencahayaan akan berusaha saya perbaiki di video YouTube saya di minggu ini. So, Stay Tune ^_^.
3. Tetap berbagi, meskipun tidak ada uang yang didapat
Bagi saya pribadi, tidak masalah kalau tidak mendapat uang dari video-video yang saya sudah buat dengan susah payah di YouTube. Seperti saya bilang di poin pertama, tujuan saya adalah ingin berbagi pengalaman dan wawasan yang bermanfaat untuk sesama yang menjadi landasan saya meng-upload video ke YouTube.
Berbagi video itu sudah menyenangkan bagi saya. Dan saya yakin, youtuber-youtuber yang tetap eksis sampai saat ini, yang sudah bertahun-tahun tetap setia berbagi video, pasti juga mempunyai pikiran yang sama.
Karena mereka senang melakukannya. Itu koentji-nya. Bagi mereka, menaruh video-video karya mereka di YouTube membuat mereka gembira dan mereka merasa berarti dalam hidup. Kalaupun ada komisi adsense, itu sekadar bonus bagi mereka. Meskipun tidak ada komisi adsense, tidak masalah buat mereka. Mereka akan tetap berkarya.
Dari “Do It” jadi Duit
Apapun yang dilakukan dengan tulus dan sejati akan menghasilkan “sesuatu”. “Sesuatu” di sini bisa diartikan dalam banyak segi, misalnya segi kesenangan di hati, menjadi inspirasi bagi orang lain, menghibur sesama, sampai mendapatkan materi.
Dari sekadar “Do It” jadi Duit beneran.
Terkadang, semakin mengejar duit, duit itu pun semakin menjauh dari kita.
Jadi, siapa pun Anda, saya menyarankan, lakukan kegiatan nge-youtube dengan senang. Jangan berpikir soal materi, karena kalau sudah ada faktor duit, biasanya justru kebanyakan akan menghalalkan segala cara supaya bisa mendapat subscribers berjibun, views wow, dan komisi adsense yang aduhai. Padahal, komisi adsense hanya salah satu keran pendapatan.
Anda bisa mendapatkan uang dari berbagai keran, semisal endorse, jual produk digital/fisik, menawarkan jasa (konsultasi, kursus online, dll), dan lain sebagainya.
Sah-sah saja ingin mendapatkan materi, tapi kalau ingin menjadi YouTuber sejati, “Do It” saja dulu dengan senang hati, nanti Duit akan menghampiri.
Tiga kriteria Youtuber sejati di atas kiranya bisa Anda jalankan dalam diri, yaitu :
Ingin berbagi pengalaman dan wawasan yang bermanfaat untuk sesama
Do it regularly although nobody watch it
Tetap berbagi, meskipun tidak ada uang yang didapat
Kalau Anda sudah “Do It” all, niscaya “Duit” akan datang dengan sendirinya.
Saya belum mencapai taraf YouTuber sejati karena “jam terbang” belum banyak. Mudah-mudahan saya bisa meraihnya kelak.
Bagaimana dengan Anda?
Jadilah YouTuber sejati, yang video-videonya sangat bermanfaat bagi sesama.
“Do it. You will get the miracles later”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H