Doni (nama samaran) mengutarakan kebulatan tekad untuk hidup mandiri. Meskipun terdampak pandemi covid-19 yang mengakibatkan pendapatannya berkurang drastis, dia tidak mau kembali tinggal di rumah kakaknya, Lusi.
"Saya akan tetap berusaha bertahan, memperketat pengeluaran, sembari mencari pekerjaan lain, karena mengajar les kurang bisa diharapkan saat ini," kata Doni lagi.
Sebenarnya bukan hanya Doni. Saya pernah menemui masalah antara adik bungsu dan kakak seperti dalam kasus Doni.
Kebanyakan kasus adalah antara adik bungsu berjenis kelamin laki-laki dengan kakak perempuan. Setelah itu, antara adik bungsu berjenis kelamin perempuan dengan kakak laki-laki.
Beberapa kenalan dan mantan murid saya mengalami masalah dengan kakak atau adik mereka, seperti Doni sebagai adik bungsu; atau beberapa kakak, yang adalah kenalan saya, bermasalah dengan adik-adik bungsu mereka.
Doni, contoh di awal tulisan ini, berseteru dengan Lusi, kakak perempuannya, karena Lusi menganggap adik bungsunya ini malas, tidak bertanggung jawab atas kebersihan rumah yang mereka tempati bersama, dan lain sebagainya.
Alih-alih berdiskusi, komunikasi, dialog; tiba-tiba pada suatu hari, Doni mendapati selembar kertas berisi jadwal bersih-bersih selama seminggu penuh tertempel manis di depan pintu kamarnya.
“Saya sebenarnya tidak keberatan kalau itu didiskusikan dulu dengan saya sebelumnya. Masalahnya, Kak Lusi cuma manyun aja selama ini. Tak pernah bicara apa-apa. Tahu-tahu jadwal sialan itu dia keluarkan begitu saja tanpa kompromi sebelumnya dengan saya!
“Pendapat saya tidak dihargai dan saya seakan-akan dianggap menumpang, serta dipikirnya tidak tahu diri.