Terkadang timbul rasa bosan setelah melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun.
Apakah itu salah?
Tentu saja tidak. Normal-normal saja. Sah-sah saja.
Melakukan hal yang sama berulang-ulang selama bertahun-tahun tentu akan menimbulkan kebosanan jika tidak ada variasi.
Ditambah lagi dengan adanya pandemi covid-19. Mengajar secara tatap muka terpaksa diganti dengan cara mengajar secara daring.
Pertanyaannya : Apakah api semangat mengajar bahasa Inggris tetap menyala atau malah semakin meredup?
Selama dua puluh tahun lebih berprofesi sebagai guru bahasa Inggris, berbagai kondisi sudah saya hadapi.
Ada saat-saat dimana saya begitu bersemangat dalam mengajar, namun ada juga "perjalanan padang gurun" dimana proses belajar mengajar terasa membosankan.
Namun, saya tetap menjalankan tiga langkah penting dalam kehidupan saya sebagai guru bahasa Inggris, sehingga meskipun terkadang rasa "gersang" menerpa, api semangat mengajar bahasa Inggris tetap menyala .
Apa saja tiga langkah yang saya lakukan agar api semangat mengajar bahasa Inggris tetap menyala?
1. Selalu mengingat tujuan dalam mengajar bahasa InggrisÂ
Apa tujuan Anda dalam mengajar bahasa Inggris ?
Terkadang, saya miris kalau mendengar tujuan beberapa kenalan yang juga berprofesi sebagai guru bahasa Inggris.
Apa saja tujuan mereka ?
"Yah, yang penting, saya sudah menjalankan tugas. Murid mengerti atau tidak, bukan urusan saya."
"Untuk apa capek-capek mempersiapkan RPP dan mengajar mati-matian, kalau orangtua tidak peduli sama pendidikan anak di rumah."
"Sudah bertahun-tahun saya jadi guru bahasa Inggris. Saya tidak punya keterampilan lain. Jadi, terpaksa saya menjalani profesi sebagai guru bahasa Inggris."
Saya harap Anda, para guru bahasa Inggris yang sekiranya sedang membaca tulisan ini, tidak mempunyai "tujuan-tujuan miris" seperti di atas.
Kalau tujuan sebagai guru bahasa Inggris hanya berpusat pada uang atau "terpaksa karena tidak ada pekerjaan atau keterampilan lain", tak heran kalau api semangat mengajar redup atau bahkan nyaris padam.
Memang tidak mudah untuk menjaga api semangat mengajar tetap menyala. Oleh karena itu, kita harus menetapkan tujuan yang jelas dan pastinya bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain.
Saya sendiri sudah menuliskan tujuan saya dalam mengajar bahasa Inggris dua puluh tahun yang lalu.
Apa tujuan saya dalam mengajar bahasa Inggris?
Ingin memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peserta didik
Melatih peserta didik akan keterampilan berbahasa Inggris
Memastikan ilmu yang bermanfaat tidak hanya "sekadar" bermanfaat, namun peserta didik dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
Apakah tujuan saya sudah berjalan dengan lancar dan tercapai semuanya?
Sejauh ini iya, meskipun belum seperti yang saya harapkan. Namun, paling tidak, saya sudah melakukan semaksimal mungkin yang saya bisa.
Saya menuliskan tiga tujuan tersebut di atas kertas dan saya tempel di dinding kamar, supaya saya selalu ingat akan tujuan-tujuan saya.
Saya juga menuliskan tujuan-tujuan tersebut di buku, memo smartphone, dan catatan di laptop, jadi saya akan tetap terus teringat akan "three goals" tersebut.
Apa tujuan Anda dalam mengajar bahasa Inggris?
Kalau Anda sudah memiliki, tapi masih agak lama dalam mengutarakan tujuan, itu berarti tujuan Anda masih belum jelas dan belum cukup kuat.
Tulis di kertas dan tempel di dinding kamar kerja Anda di rumah. Anda juga bisa menulis tujuan-tujuan Anda di buku agenda dan notepad smartphone, sehingga Anda bisa membacanya kapan saja dan dimana saja.
Dengan mempunyai tujuan mengajar yang tertulis, saat melihat dan membaca kembali tujuan-tujuan tersebut, api semangat mengajar akan tetap menyala.
2. Selalu haus untuk belajar tentang bahasa InggrisÂ
Tidak cukup hanya berbekal ilmu dari bangku kuliah. Kita harus selalu haus untuk belajar tentang bahasa Inggris, apalagi di masa pandemi covid-19 sekarang ini.
Terkadang saya geleng-geleng kepala kalau mengetahui ada guru bahasa Inggris yang tidak suka membaca buku dan tidak mau belajar hal-hal baru tentang bahasa Inggris.
Dan sebetulnya tidak mesti dari buku saja sebagai sumber ilmu. Sekarang sudah ada Google dan YouTube dengan seabrek ilmu-ilmu yang bermanfaat di dalamnya. Banyak materi pembelajaran bahasa Inggris yang saya dapatkan dari dua saluran tersebut.
Sayangnya, beberapa guru bahasa Inggris yang saya kenal tidak suka membaca dan tidak berkeinginan untuk menambah ilmu tentang bahasa Inggris.
"Untuk apa, Pak? Toh, gaji kita cuma segini-gini aja. Naiknya cuma setahun sekali. Itu pun tak seberapa. Mau nambah ilmu atau nggak, ya sama aja. Nggak ngaruh sama kesejahteraan kita," kata Bu Donna (nama samaran).
"Sudah tua, Pak. Otak sudah tidak mampu lagi untuk belajar," jawab Pak Agus, bukan nama sebenarnya (Aneh. Menyuruh murid belajar, tapi gurunya malah malas belajar!).
"Percuma saya belajar metode-metode pengajaran atau hal-hal terbaru tentang bahasa Inggris kalau ujung-ujungnya tidak sesuai dengan kurikulum. Lagipula, saya juga sibuk dengan tugas administrasi dari sekolah. Mana sempat belajar lagi," kata Bu Linda (nama samaran).
Usia boleh bertambah, kurikulum boleh berubah, gaji boleh "diam di tempat", tapi biar bagaimana pun, sebagai guru yang digugu dan ditiru, kita harus memberikan contoh yang baik.
Haus untuk belajar, terus mengembangkan kemampuan diri meskipun terkadang semangat belajar itu seperti 'yoyo'. Kadang naik, kadang turun.
Tapi saya tetap menjaga rasa "haus" tersebut. Supaya api semangat mengajar bahasa Inggris tetap menyala. Apalagi di saat covid-19 melanda. Saya berusaha mencari cara bagaimana saya masih bisa "mengajar" banyak peserta didik walaupun melalui media online.
Lewat tulisan di Kompasiana dan video pembelajaran di akun YouTube, saya malah bisa menjangkau lebih banyak "murid" yang tertarik untuk belajar bahasa Inggris.
Baca juga :Â 3 "Peralatan Tempur" bagi Pelajar dan Mahasiswa Demi Kemampuan Berbahasa Inggris yang Excellent
Baca juga :Â 3 Langkah Taktis bagi "Newbie English Teacher" Sebelum Mengajar Anak SD
Intinya di poin kedua ini, dengan terus belajar tentang bahasa Inggris dan pernak-perniknya, guru akan terus bersemangat dalam mengajar, karena selalu ada hal-hal baru yang bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar.
3. Ikut serta dan aktif dalam komunitas guru/pendidik bahasa InggrisBerada dalam suatu kelompok yang mempunyai minat atau hobi yang sama akan menimbulkan semangat dan aura positif untuk berubah ke arah yang lebih baik.
Kalau guru yang 'melempem' semangat mengajarnya bergabung dalam komunitas guru/pendidik bahasa Inggris, maka semangat mengajarnya akan bangkit kembali.
Di dalam komunitas, topik pembicaraan biasanya adalah tentang metode-metode mengajar bahasa Inggris yang terbaru, teknik menghadapi siswa-siswi yang pasif dalam proses belajar mengajar, buku-buku tentang bahasa Inggris, dan berbagai masalah yang dihadapi dalam mengajar.
Semuanya itu tidak jauh dari profesi dan pastinya, satu sama lain akan saling memotivasi untuk terus giat dan bersemangat dalam mengajar.
Sayangnya, di saat pandemi covid-19 sekarang ini, pertemuan komunitas secara offline tidak mungkin dilakukan. Meskipun demikian, silaturahmi secara online atau daring menjadi solusi.
Kita tetap bisa berinteraksi dengan sesama guru bahasa Inggris tanpa batasan ruang dan waktu.
Secara pribadi, saya merasa terbantu sekali dengan adanya komunitas guru dan pendidik bahasa Inggris. Satu sama lain saling mendukung, menyemangati, dan memberikan solusi bagi anggota yang mempunyai masalah atau kendala dalam proses belajar mengajar, baik secara luring maupun daring.
Api semangat mengajar bahasa Inggris jadi tetap menyala terang karena banyak anggota komunitas yang mendukung.
* * *
Demikianlah cara saya untuk menjaga api semangat mengajar bahasa Inggris tetap menyala.
Kiranya bisa bermanfaat bagi Anda, yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris.
Akhir kata, apapun kondisi saat ini, kita harus tetap percaya, kelak, keadaan akan kembali normal seperti sebelumnya.
Tetap positif, berserah kepada Tuhan, dan lakukan bagian kita. Bekerja sekuat tenaga demi kebaikan bersama.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H