Sudah hampir tiga bulan. Karantina mandiri terus berjalan. Sampai kapan kita di rumah saja? Entahlah. Yang jelas, sebagai guru, saya kangen dengan murid-murid saya, terutama peserta didik di tingkat Sekolah Dasar.Â
Bukan berarti saya tidak senang mengajar murid SMP dan SMA, tapi anak usia dini memang selalu penuh kejutan, spontan, dan lucu. Saya merasa jadi lebih muda kalau mengajar anak usia dini.Â
Entah bagaimana nanti kalau proses belajar mengajar kembali dimulai. Pasti tidak akan bisa seperti dulu lagi. New Normal.Â
Istilah yang ganjil, tapi mau tidak mau, suka tidak suka, kemungkinan kita harus menghadapinya, kalau vaksin anti covid-19 belum ditemukan. Memakai masker, jaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, menggunakan hand sanitizer jika tidak ada air dan sabun,...
Entah apa lagi nanti yang perlu dilakukan. Semoga vaksin anti covid-19 segera ditemukan, sehingga kita bisa beraktivitas dengan normal kembali.
Dan selama masa belajar di rumah, saya berharap semua pelajar dan mahasiswa Indonesia tetap semangat belajar dan kalau belajar bahasa Inggris, saran saya, gunakanlah kamus fisik. Kenapa saya menyarankan begitu?
Karena kebanyakan dari murid saya malas membuka kamus fisik dan juga malas bertanya pada mbah Google Translate di saat les sebelum corona muncul. Mereka selalu bertanya pada saya perihal arti dari kata-kata yang mereka tidak tahu.
"Kan langsung tahu, Pak, kalau tanya ke bapak. Bapak kan guru bahasa Inggris, jadi pasti tahu arti semua kata bahasa Inggris."
Saya langsung memberi sanggahan, "Bapak cuma manusia biasa. Tidak mungkin mengingat semua arti kata di dalam kamus setebal itu." Kebanyakan dari murid saya menganggap guru bahasa Inggris adalah manusia super, hafal semua kata bahasa Inggris beserta artinya.Â
Nak, Guru bahasa Inggris bukan "Kamus Berjalan" atau Google Translate.Â
Generasi zaman now sangatlah berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Sekarang, dengan smartphone di tangan, kamus fisik jadi terkesan jadoel di mata mayoritas generasi zaman now.Â