Saya sudah memprediksi, pasti ada beberapa murid yang merasa tidak mampu mengucapkan kalimat-kalimat tadi, sehingga mereka menahan buang air kecil atau besar.
Makanya di awal, saya menyarankan mereka membawa buku ke hadapan saya, baca catatan "password" yang ada di buku, kemudian boleh keluar setelah saya memberi izin.Â
Jadi tidak ada alasan tidak hafal atau tidak bisa. Saya tidak mempersoalkan salah atau benar dalam pengucapan di awal-awal. Yang penting, mereka berani mengucapkan "password"-nya saja, saya sudah acungi jempol.Â
Menurut sisi peserta didik yang pro, mereka berpendapat :
1. Merasa para teman (murid) lebih tertib saat izin ke toilet
"Sekarang lebih teratur setelah ada password ini, Pak. Teman-teman tidak keluar-masuk kelas seenaknya."
2. Mereka mendapat apresiasi dari guru-guru yang lain
"Wah, guru-guru yang lain bilang bagus, Pak. Senang liat kami minta izin dulu; dan sebelum masuk, ketok pintu."
"Pakai bahasa Indonesia?"
"Iya lah, Pak. Guru-guru yang lain gak ngerti waktu kami pakai bahasa Inggris, hehehe."
3. Mereka mendapat apresiasi dari guru bahasa Inggris di SMP, karena menggunakan "password" tersebutÂ
"Wah, guru bahasa Inggris di SMP saya kaget waktu saya minta izin ke toilet pakai password yang bapak ajarkan. Ibu gurunya memuji saya di depan teman-teman sekelas, kemudian nanya saya, "Itu diajarin sama guru bahasa Inggris waktu di SD ya? Kamu di SD mana dulu?"."
Dari pihak guru, ada yang kontra, tapi tidak banyak, mungkin sekitar 10 persen saja. Mereka menganggap saya menyulitkan para murid. "Untuk ke toilet aja harus pakai password! Dalam bahasa Inggris lagi!"
Tapi guru-guru yang pro, yaitu kira-kira 90 persen mendukung. Mereka senang saya memberi "warna" baru dalam etika kesopanan bahasa Inggris yang sesuai dengan etika Indonesia. Mereka mendukung saya untuk terus "berkarya", dan mereka melihat ada yang "hilang" saat saya sudah tidak mengajar lagi di sekolah, karena mutasi atau pindah sekolah.