Hidup hanya sementara, seperti asap yang sebentar singgah lalu sirna.
Bagaikan embun di pagi hari, lenyap seketika tatkala menyeruak sinar mentari.
Nafas satu dua, terengah-engah mengejar masa.
Langkah jadi berat, mengayun tanpa hasrat.
Adakah arti hidup, kalau nafas hampir meredup?
Masa depan terlihat suram, di ambang nafas yang membuat kelam.
Namun hidup harus tetap bermakna, supaya tidak ada penyesalan yang tersisa.Â
Hidup harus memberi manfaat, agar orang mendapat hikmat.Â
Selagi masih bisa berbuat, berlakulah dengan giat.Â
Sewaktu raga masih sehat, manfaatkan dengan sangat.
Karena tidak ada kesempatan lagi, jika nafas sudah tiada dalam diri.Â
Saat di ambang nafas, ingatlah bahwa hidup itu punya batas.Â
Tidak ada yang kekal, warisan seorang insan adalah amal.Â
Kota Tepian, 16 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H