#Studyathome. #Belajardirumahsaja. Sudah hampir sebulan anak-anak sekolahan belajar di rumah karena mengikuti anjuran pemerintah untuk mengarantina diri.Â
Belajar di rumah tentu saja menjadi kesenangan tersendiri bagi kebanyakan para murid. Tidak perlu mengenakan baju seragam menjadi kebebasan yang dinanti. Memakai baju kaus menjadi kebanyakan pilihan favorit anak-anak (dan juga orang dewasa tentunya.
Berkebalikan dengan peserta didik, kebanyakan guru mendapat kesulitan dalam menjalankan profesinya di saat pandemi ini. Memberikan pengajaran lewat video call, juga memberikan pedoman mengerjakan PR melalui perpesanan singkat WhatsApp (WA), sungguh sangat tidak mudah.Â
Kenapa tidak mudah?Â
Karena guru tidak bertemu secara langsung dan tidak bisa memberikan penjelasan dengan terperinci dan jelas dibanding lewat tatap muka secara langsung. Ditambah lagi, kuota internet terkuras "cukup" banyak untuk itu.Â
Di sinilah terkadang saya merasa menyesal, kenapa saya tidak mengembangkan channel Youtube saya sejak awal (saya sudah punya channel youtube sejak 2012).
Saya juga bertanya pada beberapa rekan guru lewat WA. Saya melontarkan pertanyaan "Apakah Bapak/Ibu punya channel Youtube?" dan menurut pendapat Anda, apa kira-kira jawaban mereka?Â
Ini beberapa di antaranya:
"Untuk apa punya channel youtube?"
"Guru punya channel youtube? Emang perlu?"
Dua respons ini adalah yang terbanyak dari beberapa jawaban yang saya peroleh.
Kalau ditanya perlu atau tidak, jawabannya tentu saja perlu.Â
Menurut saya, ada tiga alasan kenapa guru perlu punya channel youtube dan mengisinya dengan konten positif di dalamnya.Â
Tiga alasan itu adalah:
1. Sebagai wadah aktualisasi diri
Apa sih aktualisasi diri itu?Â
Saya sering mendengar istilah ini dulu. Dulu saya bingung apa maknanya.
Akhirnya saya mencari pengertiannya di Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V Daring (KBBI V Daring), dan di situ tertulis, pengertian aktualisasi diri adalah :
1. Tingkat kebutuhan manusia tertinggi, yang situasi dan kondisinya memberikan kesempatan dan kemungkinan untuk mengembangkan bakat dan kariernya.Â
2. Usaha berkelanjutan untuk memenuhi tujuan tertentu.Â
Dalam hal ini, saya melihat pengertian pertama sebagai rujukan, terutama menyangkut bakat.
Sebagai guru, di saat normal, keadaan yang sibuk untuk memenuhi kelengkapan administrasi dan tugas mengajar, bakat seakan "tenggelam". Hobi tak terlihat di permukaan.
Padahal, bisa jadi ada banyak sekali hobi dalam diri yang bisa digali dan dikembangkan lebih lagiÂ
Seperti menulis di mari, misalnya. Sebenarnya menulis bisa saja dilakukan di saat normal atau dalam kondisi pandemi saat ini. Nah, selain tulisan di-publish di Kompasiana, Anda bisa juga menceritakan tulisan Anda dalam bentuk audio podcast dan video podcast atau video blogging di Youtube .Â
Terkadang, mendengar bagi sebagian orang lebih menyenangkan; menonton membuat tulisan yang sebelumnya dibaca lebih dipahami daripada membaca saja bagi beberapa orang.
Anda punya bakat musik? Kenapa tidak merekamnya dalam bentuk video saat menyanyi atau memainkan alat musik, lalu mengunggahnya di youtube? Siapa tahu, ada produser musik yang kelak mengajak Anda rekaman dan memproduksi album Anda.
Saya sendiri suka bermain gitar, meskipun tidak begitu lihai. Dulu saya merasa malu kalau ada yang melihat saya main gitar. Unggah ke youtube? Saya tidak pede dulu. Padahal sudah lama sekali saya punya akun youtube.
Namun sekarang, saya mengunggah beberapa video permainan gitar saya. Untuk kenang-kenangan saat tua nanti. Saya tidak berpikir tentang monetisasi (monetize) channel youtube saya, karena dengan berpikir begitu, saya akan merasa terbebani kalau subscriber dan view tidak banyak.Â
Saya hanya ingin menyalurkan hobi saya yang selama ini "mati suri".
Ini salah satu video gitaran saya.
Ke depan, saya ingin memberikan video tutorial bermain gitar secara sederhana (saya belajar secara otodidak, jadi saya ingin berbagi apa yang saya sudah pelajari selama ini.
Kalau sekiranya Anda berkenan, bisa like, subscribe, dan share channel youtube saya.
Selain untuk menyalurkan hobi, siapa tahu kelak Anda bisa mendapatkan uang, baik itu lewat jasa mengiklankan produk orang lain di Youtube atau tawaran manggung bagi Anda yang mempunyai hobi memainkan alat musik seperti saya.
2. Memberikan manfaat untuk orang lain
Bermanfaat bagi orang lain tentu saja sangat menyenangkan. Video Anda di youtube bisa saja membantu orang lain dalam mengatasi masalah mereka.
Misalnya, kalau Anda hobi memasak dan salah satu masakan unggulan Anda adalah rawon, kenapa Anda tidak mengunggah video saat Anda memasak rawon versi Anda?
Siapa tahu ada pemirsa yang sudah berkali-kali gagal memasak rawon yang maknyus, dan setelah mempraktekkan resep Anda lewat tuntunan video yang Anda unggah, pemirsa tersebut sukses membuat rawon yang enak, lalu dia berterima kasih pada Anda, "Berkat video Anda, saya sukses membuat rawon yang enak."
Bagaimana perasaan Anda? Pasti senang kan?
Saya pribadi, selain punya channel youtube gitaran tadi, yang bersifat menghibur dan mengajarkan cara bermain gitar ke depannya, saya juga punya channel youtube tentang belajar bahasa Inggris.Â
Saya agak menyesal, kenapa baru membuat sekarang. Kenapa tidak dari dulu-dulu? Begitu pemikiran saya.
Yah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Untuk sementara, saya menulis di mari tentang belajar bahasa Inggris. Untuk video youtube tentang belajar bahasa Inggris, sebentar lagi video perdana akan rilis. Tunggu tanggal dan jam tayangnya ya.
Berikut dua artikel saya tentang penguasaan bahasa Inggris di Kompasiana yang sudah dirilis (siapa tahu Anda belum pernah membacanya. Kalau sudah pernah, siapa tahu sudah lupa isinya.
Baca juga :Â Mengapa Kebanyakan Orang Indonesia Tidak Bisa Berbahasa Inggris dengan Baik?
Baca juga :Â Kenapa TOEFL Menjadi Momok Calon Sarjana Menjelang Wisuda?
3. Menjadi wadah pembelajaran untuk peserta didik
Nah, ini bisa menjadi solusi belajar di saat pandemi. Alih-alih hanya melakukan video call yang berujung pada kesalahpahaman dan peserta didik masih belum mengerti sepenuhnya setelah video call berakhir, channel youtube guru bisa menjadi jawaban.Â
Guru membuat satu video tentang menghitung volume tabung, misalnya. Setelah diunggah ke channel youtube, lalu link-nya di-share ke peserta didik lewat WA. nanti peserta didik bisa menontonnya berkali-kali.Â
Tentu saja, akan sangat berfaedah daripada sekadar video call dan kemudian tidak bisa diputar kembali (kecuali sudah direkam oleh peserta didik atau guru sehingga baik guru maupun peserta didik bisa menontonnya kembali berulang-ulang).
Channel guru dapat berfungsi sebagai wadah pembelajaran bagi peserta didik. Mereka dapat menontonnya di channel youtube guru kapan saja dan dimana saja tanpa batasan ruang dan waktu.
Saya juga baru saja membuat channel Youtube khusus untuk pembelajaran bahasa Inggris. Dalam waktu dekat, sesegera mungkin, saya akan mengisinya dengan konten-konten yang bermanfaat untuk belajar bahasa Inggris.
Saya kira pemaparan di atas sudah menjawab pertanyaan yang menjadi judul artikel ini.
Setiap guru perlu mempunyai channel youtube. Namun bukan sekadar perlu, tapi juga mengisinya dengan video-video konten yang bermanfaat, baik itu mengenai hobi yang disuka, maupun yang menjadi disiplin ilmu yang dijalani, dalam hal ini pelajaran apa yang diajar oleh sang guru.Â
Seperti saya, selain mempunyai hobi gitaran sehingga menuangkannya dalam channel youtube seputar gitaran, saya juga mempunyai channel youtube tentang pembelajaran bahasa Inggris.Â
Akhir kata, tetap produktif. Tetap positif. Percaya. Badai corona ini akan segera berakhir.
Sebagai penutup, nikmati video gitaran saya berikut ini. Semoga bisa menghibur Anda semua.Â
Salam Kompasiana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H