Â
Saya baru pertama kali mengikuti Blogshop Online Kompasiana. Diadakan secara online, tentu saja menjadi keuntungan tersendiri.
Sejak dulu, saya ingin sekali mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan Kompasiana, tapi karena masalah dana, saya tak bisa ikut (Saya tinggal di Kalimantan, sedangkan kebanyakan kegiatan K berlangsung di Pulau Jawa).
Saya antusias sekali dengan adanya Blogshop Online Kompasiana yang mengusung tema "A to Z Kompasiana, Optimasi Konten Blog Kamu Di Kompasiana". Yang membawakan materi adalah Widha Karina, Content Superintendent dari Kompasiana.
Sebenarnya saya sudah membayangkan kalau bakalan duduk dua jam lebih. Cukup panas juga ini pantat ^_^.
Tapi sebanding aja dengan materi blogshop-nya. Kemarin sore berlangsung "cukup" lancar jaya, yang jatuh pada hari Kamis, 9 April 2020, pada pukul 16.00 WIB dan selesai pada pukul 18.00 WIB lebih sedikit.Â
Kalau di Samarinda, mulainya pukul 17.00 WITA dan selesai pukul 19.00 WITA lebih sedikit. Selisih satu jam.Â
Setelah usai, saya mendapati 3 fakta wow perihal Kompasiana.Â
Fakta #1 - Betapa beratnya tanggung jawab mimin K
Kebanyakan orang seringnya hanya mengatakan capek, sibuk, dan lain-lain, tanpa menyertakan fakta dan data.Â
Saya senang dengan pemaparan Mbak Widha yang menyajikan jumlah jam kerja K yaitu 24 - 7, 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Artinya, Kompasiana gak ada hari libur! Wow!
Meskipun tidak ada offday, 5 - 7 shift per hari untuk pergantian mimin K sudah cukup bagus.
Selain itu, yang menjadi wow lagi adalah angka atau jumlah artikel per bulan pada Maret 2020. Tentu saja tidak mudah menilai 19.575 artikel. Saya saja, untuk menulis satu artikel plus ngedit, butuh waktu 2-3 hari (faktor U dan kerjaan ^_^). Lha Kompasiana dapat segitu banyak artikel, apa gak pusing pala barbie ^_^.
Salut dengan Anda. Kualitas tetap oke sampai sekarang. Mudah-mudahan tetap jaya seterusnya.
Fakta #2 - Menilai layak tayang suatu artikel dalam 2,3 menit
Ini yang juga membuat mata saya melotot. Wow.
Waktu yang sangat singkat untuk menilai layak tayang atau tidaknya suatu artikel. Sungguh pekerjaan yang sukar.Â
Saya saja, untuk memastikan layak tayang suatu artikel, saya butuh minimal tiga kali baca, dan itu tentu saja waktunya lebih dari 2,3 menit.
Saya acungi empat jempol untuk Kompasiana yang tidak mau membuat Kompasianer kecewa karena menunggu tayang artikel terlalu lama (Maunya sih seratus jempol, tapi karena cuma punya empat, ya empat ajalah ^_^).
Fakta #3 - Banyaknya komponen yang menjadi pertimbangan artikel menjadi Artikel Utama
Ini juga di luar nalar saya. Saya tidak menyangka, untuk menilai suatu artikel layak mendapat sematan kehormatan "Artikel Utama", mimin K perlu mencermati banyaknya komponen.
Wow lagi (tenang, ini wow yang terakhir ^_^).
Saya pribadi tentu saja senang kalau artikel saya mendapat kehormatan sebagai Artikel Utama, namun itu bukan tujuan utama saya. Saya menulis di mari bukan untuk mengejar sematan atau label "Pilihan" dan "Artikel Utama".
Karena Mbak Widha mengucapkan perihal apa tujuan masing-masing kompasianer di selipan blogshop, maka saya pun mengingat kembali, flashback ke tujuan awal saya menulis di mari.
Bagi saya, saya mengacu pada perkataan seorang pujangga Indonesia yang karya-karyanya sudah tidak diragukan lagi.Â
Beliau adalah Pramoedya Ananta Toer.Â
Dari sekian banyak perkataan beliau, satu di bawah ini sangat membekas di hati saya.Â
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.-- Pramoedya Ananta ToerÂ
Saya sudah banyak melihat mayoritas rekan-rekan saya, sesama guru, yang sudah mempunyai banyak pengalaman, makan asam garam, dan ilmu yang sudah tak diragukan, "hilang begitu saja". Kebanyakan dari mereka tidak menulis, sehingga tidak ada "warisan" sepeninggal mereka.Â
Setelah mereka tiada, "ilmu" mereka, "pengalaman" mereka, "wawasan" mereka, ikut lenyap bersama kepergian mereka.Â
Saya ingin mewariskan kepada generasi ini dan selanjutnya apa yang saya punya, meskipun secara ilmu, saya belum ada apa-apanya dibanding senior saya; secara pengalaman, saya masih minim pengalaman; dari sisi wawasan, saya akui, wawasan saya belum luas.
Meskipun begitu, tidak menghalangi saya untuk berbagi. Siapa tahu, apa yang saya tulis di Kompasiana bisa bermanfaat. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi kalau kita tidak mencobanya, bukan?
* * *
Semoga saja Blogshop berikut lebih wow lagi daripada yang kemarin, dan lebih mempererat tali persahabatan, tali silaturahmi di antara para Kompasianer.Â
Semoga Kompasiana tetap jaya di dunia maya dan juga mengejawantah lebih lagi di dunia nyata.Â
Semoga.
Salam Kompasiana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H