Rambut ini. Mengingatkanku akan sosokmu. Sosok yang sudah tiada. Maut sudah menjemput.
Telapak tanganku. Menggenggam beberapa helai rambutmu. Kuusap dengan pilu. Kucoba mengingat akanmu. Angan serasa terbang mengingat masa lalu.
Sunyi. Begitulah kondisi. Selepas kepergianmu. Tak ada gairah di rumah ini. Canda tawa sudah lenyap sirna.Â
Kuusap rambutmu. Untuk mengenang masa lalu. Kebersamaan yang kurindu. Mengelus rambutmu. Dengan tanganku.
Aku ingat. Kita bergandengan di taman ini. Setiap pagi. Saat sang surya mulai menampakkan diri.Â
Aku ingat. Kau tersenyum padaku. Tak ada yang lebih indah. Saat pagi. Melihat senyummu. Aku siap melakukan apa saja demi dirimu.Â
Sayang, engkau tak mungkin bersamaku lagi. Tuhan berkehendak lain. Tak mengapa. Mungkin ini yang terbaik untukmu. Untuk kita.
Sekarang, yang tersisa hanya ini. Rambut ini. Akan tetap abadi. Di telapak tanganku.
Samarinda, 9 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H