"Elu belum bisa dikatakan jago, kalau belum 'menaklukkan' hati anak kecil."
Saya lupa di buku apa saya membaca pernyataan di atas. Maksudnya adalah mengajar anak kecil atau lebih tepatnya anak usia dini seperti "memahat di atas batu". Keras, susah, perlu perjuangan. Berbeda kalau mengajar anak SMP, SMA, mahasiswa, atau orang dewasa, bagaikan memahat di atas air. Mudah, tidak perlu menguras tenaga fisik.
Namun perbedaan yang paling mencolok adalah dari segi hasil. "Memahat di atas batu", meskipun perlu tenaga ekstra, kita akan melihat hasil secara nyata, walaupun mungkin sedikit adanya.
Kalau "memahat di atas air", pahat kita celupkan ke dalam air, waktu pahat diangkat, air beriak sejenak, namun sesudah itu kembali ke bentuk air semula. Seakan tidak pernah mendapat perlakuan.Â
Untungnya, selama perjalanan karier 22 tahun sebagai guru, saya sudah pernah merasakan pengalaman mengajar di SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi sebagai asisten dosen (asdos).
Puji Tuhan, Tuhan memberikan saya berbagai kesempatan untuk itu. Hanya TK yang belum pernah saya jalani, namun kalau membandingkan dengan kelas satu SD, sepertinya yah sebelas-duabelas. Kurang lebih sama ^_^.
Sampai sekarang pun saya masih terus belajar, mencari tips dan trik oke dalam mengajar bahasa Inggris, khususnya kepada anak usia dini, yaitu Sekolah Dasar, karena 90% dari 22 tahun tadi  sampai saat ini, saya memberikan sumbangsih dalam bentuk ilmu dan penerapan bahasa Inggris kepada peserta didik di SD.Â
Salah satu dosen saya dulu pernah berkata, "Seperti ada pernyataan  'Pandangan Pertama Begitu Menggoda', sebagai guru, kita harus 'mengikat' perhatian murid di sepuluh menit awal. Sepuluh menit yang sangat menentukan kisah proses belajar mengajar selanjutnya. Salah mengawali, hancur seterusnya. "
Sebenarnya, bukan hanya anak kecil, untuk orang dewasa pun juga begitu; namun kalau orang dewasa, mereka akan diam seketika kalau guru masuk ke kelas; anak kecil akan tetap "bising" meskipun guru mereka sudah ada di depan mata.Â
10 menit pertama sangatlah penting. Saya setuju dengan Pak Hadi (bukan nama sebenarnya), dosen saya yang menyatakan hal tersebut. Tapi tidak cukup hanya 10 menit pertama, namun menit-menit selebihnya juga penting.Â
Dalam hal ini, saya ingin membagikan 3 tips anti gagal dalam mengajar bahasa Inggris kepada anak SD yang lincahnya tak karuan.Â
"Lincah" dalam hal ini jangan dikonotasikan sebagai hal yang negatif. Dalam usia dini, wajar, karena mereka masih dalam masa pertumbuhan, sehingga punya "energi berlimpah". Oleh karena itu, perlu diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Bukan malah memarahi dan menyuruh mereka duduk diam sepanjang hari.Â
Mungkin Anda bertanya-tanya dalam hati, "Kamu siapa? Sok banget, meng-klaim punya tips anti gagal!"
Saya hanya guru bahasa Inggris biasa ^_^.
Saya tidak berusaha untuk menggurui Anda ^_^.
Saya hanya ingin berbagi tiga tips ini. Paling tidak, bisa bermanfaat untuk guru-guru yang masih minim dalam "jam terbang" alias pengalaman mengajar. Teori terkadang tidak berbanding lurus dengan  kenyataan di lapangan. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Dari pengalaman, kita bisa membuktikan teori-teori itu bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas kita atau tidak.Â
Langsung saja, ini tiga tips anti gagal tersebut.Â
1. Singing
Pada dasarnya, anak-anak suka menyanyi. Awalnya, saya tidak menyadari hal ini. Saya tahu, di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK), menyanyi mendapat porsi yang banyak.Â
Herannya, waktu menimba ilmu di SD, porsi menyanyi seakan tidak mendapat tempat, digantikan dengan membaca dan menulis, seakan menyanyi bukan proses belajar.Â
Tidak salah dengan banyak membaca dan menulis, namun mengatakan menyanyi bukan bagian dari belajar adalah salah besar.Â
Untungnya, saya mengikuti berbagai pelatihan bahasa Inggris dan membuat mata saya terbuka akan pentingnya menyanyi dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris untuk anak usia dini.Â
Saya pun menerapkan tips menyanyi dalam proses belajar mengajar. Hasilnya? Murid-murid saya menikmati belajar yang bukan sekadar membaca dan menulis, namun menyanyi bisa digunakan sebagai alat untuk belajar dan juga menghibur di waktu yang bersamaan.Â
Apa saja lagu-lagu yang pernah saya gunakan dalam mengajar? Lumayan banyak. Google dan Youtube sangat membantu dalam memberi referensi lagu-lagu bahasa Inggris untuk anak-anak, selain dari buku-buku.Â
Beberapa di antaranya adalah Ten Fingers on My Hands (mengajarkan angka satu sampai sepuluh dalam bahasa Inggris), Colors (mengajarkan tentang warna), ABC Song (menyangkut ejaan ABC dalam bahasa Inggris), dan lain sebagainya.Â
Sebagai contoh, Ten Fingers on My Hands, tidak sekadar menyanyi, namun juga mempraktekkan angka "one" dengan mengangkat satu jari, "two" dengan mengacungkan dua jari, "three" dengan menampilkan tiga jari, dan seterusnya. Bagaimana lirik dan nadanya? Bisa Anda tonton lagunya di bawah ini.
Anak-anak sangat menyukainya, dan tips ini tidak pernah gagal sampai saat ini.Â
2. Class Survey
Dari namanya saja, saya yakin, Anda sudah bisa menerka kegiatan apa yang murid-murid akan lakukan.Â
Ya, para murid akan melakukan survei di kelas. Topiknya bisa bermacam-macam. Salah satu yang menjadi favorit adalah menanyakan kemampuan.Â
Pertama-tama, tentu saja, kosa kata yang berkenaan dengan kegiatan class survey harus diberikan terlebih dahulu, misalnya swim (berenang), play badminton (bermain bulutangkis), play chess (bermain catur), ride a bike (mengendarai sebuah sepeda), dan play a piano (memainkan sebuah piano).
Lalu, setelah itu, berikan lembar kerja yang berisi tabel survei dan ajarkan para murid bagaimana bertanya pada teman-temannya dan bagaimana cara mengisi tabel survei tersebut.Â
Caranya, ajarkan murid-murid untuk menanyakan Can you...? diakhiri dengan beberapa kata kerja yang sebelumnya sudah diajarkan.Â
Can you...? Yes, I can / No, I can't.Â
Can you swim? Yes, I can.Â
Can you ride a bike? No, I can't.Â
Latih pengucapan dengan perlahan, dan beri contoh cara melakukan survei kelas dengan satu atau dua anak memeragakan di depan kelas. Setelah murid-murid mengerti tugas mereka, mereka pun melakukannya di dalam kelas, mengisi tabel survei.Â
Sayangnya, foto-foto yang lain terhapus karena hape saya dulu terkena virus. Yang jelas, murid-murid menyukai kegiatan saat melakukan class survey ini, karena mereka tidak sekadar duduk di kursi, namun mereka bisa berkeliling dan bertanya secara aktif kepada teman-teman mereka, sambil belajar.Â
3. Coloring
Jangan salah sangka dengan mewarnai dalam artian hanya sekadar mewarnai, karena mewarnai yang ini beda.Â
Bedanya adalah bukan saja belajar soal warna dalam bahasa Inggris, namun juga belajar tentang angka; dan abjad dalam bahasa Inggris, yang notabene sangat berbeda jauh dengan ejaan dalam bahasa Indonesia.Â
Tentu saja, di pertemuan-pertemuan sebelumnya, saya sudah mengajarkan angka satu sampai sepuluh, pengejaan abjad dalam bahasa Inggris, dan warna kepada para murid (untuk mengajar abjad, saya menggunakan lagu yaitu ABC Song; dan untuk mengajar warna, juga menggunakan lagu).
Jadi di awal, guru mengajak murid-murid untuk menyanyi ketiga lagu tersebut, kemudian baru guru menjelaskan cara melakukan kegiatan ini.Â
Pertama kali, guru menggambar kotak-kotak seperti yang ada di lembar kerja di papan tulis.Â
Setelah itu, guru menjelaskan cara membaca kotak-kotak tersebut.Â
Misalnya
Say together A1 (ei wan), Â A2 (ei tu), A3 (ei tri),....
Terus berlanjut sampai J10. Kalau sudah, guru menunjuk beberapa kotak secara acak dan meminta para murid untuk mengucapkan nama kotak yang dimaksud.Â
MisalnyaÂ
Teacher : Say... (point to B4)
Students : Bi For
Teacher : Say... (point to F10)
Students : Ef Ten
Teacher : Say... (point to J7)
Students : Jei Seven
Setelah itu, bisa juga menanyakan ke beberapa siswa secara individual secara acak untuk memastikan para murid paham.Â
Kemudian, petunjuk terakhir adalah gabungan antara memastikan kotak yang disebut dan warna untuk kotaknya.Â
MisalnyaÂ
Teacher : Color A2 brown
Teacher : Color C6 green
Teacher : Color G8 black
Guru bisa meminta beberapa siswa untuk maju ke depan kelas dan mewarnai kotak-kotak yang disebutkan untuk latihan sebelum mewarnai kotak-kotak di lembar kerja.Â
Setelah sudah dirasa cukup, para siswa mendapat masing-masing satu lembar kerja, lalu mendengarkan satu demi satu kotak yang disebutkan guru beserta dengan warnanya.Â
Mereka mendengarkan dengan seksama. Antusiasme sangat terasa.Â
* * *Â
Memang 3 tips ini bukan ciptaan saya, tapi dari berbagai sumber, baik dari pelatihan, maupun seminar, dan juga dari internet, yang kemudian saya modifikasi dan saya sesuaikan dengan kondisi siswa-siswi saya.Â
3 tips ini sudah terbukti ampuh, tidak pernah gagal, dan memberi motivasi pada siswa untuk belajar. Bahwa belajar bahasa Inggris bukan momok; bukan bicara positive,negative, dan interrogative. Belajar bahasa Inggris sangatlah menyenangkan. 3 tips ini sudah membuktikannya.Â
Mudah-mudahan 3 tips dari saya ini bisa bermanfaat bagi Anda semua, guru-guru bahasa Inggris di tingkat SD.
Semoga peserta didik kita bisa berbahasa Inggris dengan prima.
Let's learn English in a fun way.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H