Sekarang ini dunia maya seakan menjadi nyata dalam keseharian. Dunia nyata seakan terpinggirkan oleh dunia maya yang semakin menggerus rasa sosial manusia.Â
Kalau dulu, sewaktu menunggu antrean untuk membayar pajak kendaraan bermotor atau pada saat menunggu giliran dipanggil dokter di puskesmas, saya biasanya mengajak ngobrol orang yang duduk di sebelah saya.Â
"Tinggal di mana, Pak?"
"Sakit apa?"
"Anaknya ada berapa, Bu?"
"Kerja di mana?"
Dan seabrek pertanyaan lain yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.Â
Sekarang?
Sulit sekali untuk mengajak ngobrol karena lawan bicara lebih sibuk dengan gawai mereka, dengan smartphone di genggaman daripada bercakap-cakap dengan saya.Â
Saya tidak mempermasalahkan hal itu. Mungkin kebanyakan dari mereka bosan menunggu. Klik-klik, scroll-scroll laman media sosial atau berselancar di dunia maya, membaca berita daring menjadi solusi menghilangkan kebosanan di saat menunggu panggilan.Â
Sayangnya, di saat seperti itu, kebanyakan orang terkadang tidak menyaring dengan bijak dan jeli apa yang mereka baca dan terkadang tidak bisa membedakan mana berita yang benar dan mana yang bohong.Â
Parahnya, ada beberapa orang yang terpancing untuk meladeni hate speech atau ujaran kebencian, komentar-komentar yang menghina, kritik yang sepihak dan tak berdasar, dan tenggelam dalam perdebatan yang nyaris tak berkesudahan di dunia maya.Â
Ada beberapa orang yang membenci Anda dan saya di dunia maya, di internet, yang menjelek-jelekkan kemampuan atau penampilan fisik kita, mengritik keras tulisan atau video unggahan kita, dan lain sebagainya.Â
Pertanyaannya, "Bagaimana menghadapi orang-orang yang membenci kita di dunia maya?"
Ada 5 cara ampuh dalam menghadapi orang-orang yang membenci kita di dunia maya. Saya sudah mempraktekkannya dan sangat manjur bagi saya sejauh ini. Apa saja 5 cara ampuh tadi?Â
1. The Law of 24 hours
Dalam bahasa Indonesia, disebut Hukum 24 jam.Â
Apakah maksudnya harus lapor ke RT?
Tentu tidak ^_^.
Maksudnya hukum 24 jam di sini adalah Anda mengambil jeda selama 24 jam, mengendapkan dulu komentar negatif atau ujaran yang menghina Anda.Â
Misalnya, ada yang menghina tulisan Anda di media sosial. Anda biarkan saja dulu selama 24 jam. Anda diamkan selama satu hari.Â
Esok hari, Anda evaluasi kembali. Biasanya, rasa emosi dan juga rasa marah di dalam diri sudah berkurang banyak, atau malah mungkin tak berbekas sama sekali.
Ibaratnya, jangan mengambil keputusan secara mendadak. Jangan merespon dengan gegabah. Jangan dikendalikan oleh amarah.Â
Saya biasanya mengambil waktu 24 jam sebelum menanggapi komentar miring di media sosial atau online yang saya punya.Â
Esok harinya, saya baca kembali. Kalau itu bagus untuk pengembangan diri saya, saya mengucapkan terima kasih kepada sang pemberi komentar. Kalau berkomentar buruk dan tak jelas maksudnya, saya biasanya mengabaikan saja.
2. Fokus pada orang-orang yang menyukai Anda
Dunia pendidikan sebenarnya tidak beda jauh dengan dunia maya. Begitu juga dengan dunia nyata yang sebelas-dua belas dengan dunia maya.Â
Misalnya, ada murid-murid yang menyukai saya, karena cara mengajar saya yang sersan (serius tapi santai), karena saya memperlakukan mereka dengan baik, karena ada permainan serta lagu saat belajar, dan lain sebagainya.Â
Namun, ada juga murid-murid yang tidak menyukai saya. Ada yang memang malas belajar. Ada yang dari keluarga broken home. Ada juga orangtua yang tidak pernah memperhatikan tumbuh kembang anak, karena sibuk bekerja, sehingga anak menjadi nakal dan liar, disebabkan bergaul dengan anak-anak lain yang tidak baik perilakunya.Â
Di tahun-tahun awal, saya selalu terbawa perasaan (baper), terus kepikiran sama murid-murid yang bengal tadi.Â
Dari yang awalnya hanya marah ke murid, akhirnya saya ketemu solusinya, yaitu bicara, konsultasi ke orangtua atau wali murid secara langsung.Â
Namun, saya tetap fokus ke murid-murid yang memang menyukai saya. Karena untuk mendidik (menanamkan budi pekerti yang baik, karakter juara, semangat pantang menyerah, dan lain-lain), orangtualah yang mempunyai andil terbesar.Â
Enam sampai tujuh jam dalam sehari di sekolah tidak bisa membentuk perkembangan psikologi anak secara penuh. Apalagi ada juga tanggung jawab dalam mengajar.Â
Murid-murid yang menyukai saya sudah selayaknya mendapat skala prioritas tertinggi. Jangan gara-gara murid-murid yang nakal yang mengganggu proses belajar mengajar, lalu murid-murid yang rajin dan sopan jadi korban.
Di dunia maya pun saya menemukan hal yang kurang lebih sama. Ada yang suka tulisan dan video saya, namun ada juga yang tak suka.Â
Kalau saya telusuri, mereka tidak suka dengan saya karena mereka tidak membaca artikel atau tulisan saya secara utuh dan mendalam. Hanya melihat judul, atau mengutip satu atau dua kalimat dalam tulisan tanpa mendalami secara jelas maknanya.
Saya tidak memusingkan ketidaksukaan segelintir orang terhadap saya, karena masih ada beberapa orang yang menyukai saya, menghargai saya, mengharapkan munculnya karya saya.Â
Jadi, kalau Anda juga berada dalam situasi yang sama seperti saya, tidak usah risau. Fokuslah pada lovers Anda. Abaikan haters. Penggemar Anda harus mendapat skala prioritas yang utama.
3. Jangan berusaha menyenangkan semua orang
Latar belakang keluarga dan pendidikan setiap orang berbeda. Begitu juga dengan sudut pandang dan pemahaman masing-masing orang tidaklah sama.Â
Apa yang Anda lakukan, baik lewat tindakan, lisan, maupun tulisan, tentu saja tidak semua orang setuju atau sependapat dengan Anda.Â
Pro kontra akan selalu ada. Ada gelap dan terang. Hitam dan putih. Seandainya Bu Susi Pudjiastuti ingin menyenangkan semua orang, pasti dia tidak akan menjadi Susi yang sekarang kita kenal.Â
Banyak tokoh-tokoh ternama yang mengisahkan tentang segudang nyinyiran, cemooh, hinaan, pandangan negatif dari orang-orang di sekitar tentang apa yang mereka lakukan sebelum mereka sukses.Â
Apakah mereka berhenti melakukan apa yang mereka sedang kerjakan karena mengikuti perkataan atau nyinyiran tadi? Tidak. Mereka tetap menjalankan visi dan misi mereka, karena mereka percaya bahwa apa yang mereka lakukan itu berguna, bermanfaat bagi sesama.Â
Mereka 'membayar' nyinyiran tadi dengan kesuksesan, buah kerja keras mereka, dan membungkam mulut orang-orang yang menghina mereka sebelumnya.
Jadi tidak mungkin menyenangkan semua orang.Â
Kalau seandainya Anda berusaha menyenangkan semua orang, maka Anda dikategorikan sebagai orang yang 'biasa-biasa' saja. Itu bukan saya yang bilang, tapi Jendral Colin Powell, Jendral di negara Amerika Serikat yang mempunyai andil yang sangat besar bagi Amerika Serikat di masa lampau (Anda bisa search di Google apa jasa beliau bagi Amerika Serikat ^_^).Â
Apa pernyataan beliau?Â
"Trying to get everyone to like you is a sign of mediocrity." - Colin Powell.Â
"Berusaha membuat semua orang untuk menyukai Anda adalah pertanda kalau Anda biasa-biasa saja."
Saya percaya, Anda adalah orang yang luar biasa. Dengan begitu, Anda pasti menjalani hidup yang juga luar biasa kalau Anda berhenti berusaha menyenangkan semua orang ^_^.
4. Jangan lakukan apapun jika tidak bisa menerima kritik
Tidak tahan dalam menerima segala macam komentar miring, hinaan, kritik, dan segala hal negatif yang menerpa?Â
Kalau memang begitu perasaan yang ada dalam hati dan sudah angkat tangan, yah, sebaiknya tidak usah berbuat apa-apa.Â
Tapi pertanyaan paling mendasar, "Apakah bisa hanya duduk manis dan tidak berbuat apa-apa dalam hidup ini?"
Tentu saja, selama masih hidup, pasti akan ada banyak kegiatan yang harus dilakukan. Jadi mustahil kalau kritik atau ujaran kebencian tak pernah mampir ke Anda.Â
Kalau toh menempuh jalan 'cari aman' dengan tidak melakukan apa-apa, lalu kita hidup untuk apa? Tuhan punya rencana untuk setiap kita. Sangatlah mubazir hidup ini kalau tidak melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk sesama.Â
5. Belajar menjadi bijak dan mengendalikan diri dalam setiap situasi
"Hati boleh panas, tapi kepala harus dingin."
Intinya, bijaklah dalam segala hal, baik lewat tindakan, lisan, maupun tulisan, saat Anda menerima berondongan cercaan dari orang-orang tertentu di dunia maya.
Kendalikan diri Anda, tetap tenang dan tidak terpancing untuk bereaksi secara langsung.Â
Saya ingat dengan perkataan Bu Tina (bukan nama sebenarnya), salah satu mentor di Pendidikan Latihan Kerja (PLK) beberapa tahun yang lalu di mana saya pernah ikut serta.Â
"Hati-hati kalau menuliskan artikel di blog atau media sosial. Sekarang, kalau perusahaan ingin merekrut karyawan, mereka akan memeriksa apa yang kalian tulis di media sosial, blog, atau media online lainnya. Jika positif, aman. Jika negatif, banyak menebar hoaks dan ujaran kebencian, bisa dipastikan, kalian tidak akan diterima bekerja di perusahaan tersebut."
Jadi, kalau seandainya Anda mendapat komentar negatif atau hinaan, abaikan saja. Tidak usah dihiraukan, karena waktu Anda lebih baik dimanfaatkan untuk keluarga dan pekerjaan Anda. Kendalikan diri, kontrol emosi, karena menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan.
* * *
Demikianlah 5 cara ampuh menghadapi orang-orang yang membenci Anda di dunia maya. Sebenarnya masih ada cara-cara lain, namun lima cara ini sudah saya terapkan dalam berselancar di dunia maya, dan sejauh ini sangat ampuh bagi saya untuk menangkal orang-orang yang tak menyukai saya.
Kiranya bisa membantu Anda.Â
Akhir kata, apapun yang terjadi di dalam hidup ini, akan tetap ada orang-orang yang membenci Anda, meskipun Anda sudah melakukan yang benar dan semestinya.
Dengan menerapkan 5 cara di atas, kiranya bisa membuat hidup Anda lebih damai dalam menyikapinya.
"Hadapi orang-orang yang membenci Anda dengan kepala dingin."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H