Status sosial ekonomi membuat jurang pemisah, dan juga diperparah dengan gaya hidup kebanyakan para selebriti atau artis Indonesia yang terkesan pamer kekayaan dan suka gonta ganti pacar, serta doyan kawin cerai.
Tidak bisa memberikan contoh yang baik pada masyarakat.
Ditambah lagi dengan tayangan-tayangan humor di televisi yang kebanyakan alay, lebay, dan mengolok fisik rekan-rekannya, misalnya menyebutkan cebol lah, kriting lah, juling lah, dan lain sebagainya.
Kiranya Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI bisa menegur tayangan-tayangan humor yang bermuatan persekusi dan rasisme seperti ujaran-ujaran di atas.
Bagaimana Menyikapi Keberbedaan
Menurut pendapat saya, ada beberapa cara yang bisa ditempuh dalam menyikapi keberbedaan.
Cara #1 - Menerima perbedaan agama sebagai hal yang biasa
Debat kusir soal agama tidak akan menyelesaikan persoalan, karena pemahaman tidak sama, pengetahuan agama juga berbeda.
Daripada berdebat masalah benar salah tentang dua atau tiga atau empat agama yang berbeda, kenapa tidak menerima perbedaan tersebut?
Toh, kita sendiri saling membutuhkan satu sama lain. Sepeda motor atau mobil diproduksi oleh Jepang yang notabene berbeda agama dengan kita. Smartphone juga dibuat oleh Korea Selatan, Tiongkok, dan Amerika Serikat, yang juga berbeda agama dengan kita. Jam tangan juga kebanyakan buatan negara lain yang tidak seagama dengan kita, dan kita semuanya mengenakannya, menggunakannya tanpa masalah dan tanpa protes apa-apa.
Kenapa kok malah hidup rukun dengan saudara sendiri, dengan bangsa setanah air tidak bisa? Ingat Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda, tetapi tetap satu seharusnya tetap kita junjung tinggi. Percuma lambang Garuda Pancasila diletakkan di tiap-tiap sekolah dan instansi pemerintah, kalau cuma sekadar hiasan dinding belaka.Â
Lakukan toleransi antar umat beragama. Jangan hanya omdo saja.
Cara #2 - Hargai sesama manusia seperti diri ingin dihargai
Kita adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, yang bernama manusia. Kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Kita bukan binatang. Jangan memandang dari "fisik" saja.Â