Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bagaimana Caranya Supaya Tak Tergoda Saat Promo Tiba?

20 Agustus 2019   17:55 Diperbarui: 21 Agustus 2019   14:15 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : artikula.id

Bicara soal hari besar nasional atau hari raya keagamaan, memang banyak sekali godaan yang datang. Godaan apa?

Selain godaan untuk bepergian ke luar kota, bahkan sampai ke luar negeri (kalau ada dananya ^_^), juga godaan terhadap gempuran promo dari berbagai toko online di dunia maya.

"Diskon 30 persen untuk semua produk elektronik, mulai dari smartphone sampai smart tv! Sisa 3 Hari Lagi!"
"Promo Hari Kemerdekaan. 10 sampai 17 Agustus 2019! Jangan lewatkan! Entar kehabisan!"
"New Year's Surprise. Beli Satu dapat Dua untuk Produk Merek A. Buruan! Tidak Akan Ada Promo Seperti Ini Lagi di Waktu Mendatang!"

Ini beberapa kalimat promosi, menawarkan produk pada calon konsumen dengan potongan harga atau diskon gede dalam rentang waktu tertentu.

Saya yakin, pasti ada di antara Anda yang pernah, atau mungkin malah sering tergoda dengan tawaran harga miring seperti ini (siapa bilang cuma wanita cantik yang bisa menggoda ^_^).

Tergoda melihat tawaran harga murah nan menggiurkan, ada cukup duit di rekening bank untuk membeli, klak-klik-klak-klik, deal, transfer, konfirmasi pembelian, menunggu barang datang, dan setelah dapat barangnya, tidak seperti yang diharapkan, dan pada akhirnya, cuma menggeletak di pojok ruangan, tak digunakan atau tak dilirik sama sekali.

Atau ada kebutuhan pokok yang mendasar, tapi karena ada promo suatu produk yang sudah lama diidam-idamkan, yang harga normalnya sangat mahal, sehingga saat ada diskon menjelang hari raya atau hari besar nasional, pikiran rasional pun tersisihkan, emosi yang memegang kendali. Uang untuk beli susu anak pun terpakai buat membeli produk tersebut. 

Mudah-mudahan Anda tidak termasuk tipe orang seperti di atas ^_^.

Tapi, kalau seandainya Anda termasuk orang yang 'tidak kuat iman' akan godaan promo gila-gilaan, tenang. Anda tidak sendirian ^_^.

Saya pun dulunya juga seperti itu. Tergoda membeli karena diskon, promo, tapi sebenarnya barang atau produk tersebut tidak terlalu mendesak untuk dipunyai. 

Pada akhirnya, saya menemukan solusi supaya saya tak tergoda saat promo tiba. Cara-cara ini sudah berhasil pada saya. Semoga berhasil juga pada Anda. Apa saja cara ampuh supaya tak tergoda saat promo tiba? Ada tiga cara yang saya terapkan dalam menghadapi godaan 'wanita cantik' bernama promo ini. 

Cara #1 - Tulis apa yang akan menjadi pengeluaran utama sebelum awal bulan

Sumber Gambar : artikula.id
Sumber Gambar : artikula.id
"Kok sebelum awal bulan? Kenapa tidak pas awal bulan, waktu gajian?"

Mungkin Anda bertanya seperti itu. Saya pun pada awalnya juga menulis di awal, setelah mendapat gaji. Namun, saya mendapati fakta bahwa kalau tidak merencanakan sebelum awal bulan, sebelum gajian, godaan untuk membelanjakan uang ke hal-hal konsumtif akan sangat besar. 

Uang di tangan menyebabkan godaan untuk membeli apa saja yang ada di hadapan jadi membeludak. Tak terkendali kalau tidak ada perencanaan sebelum mendapat uang. Dengan adanya perencanaan, maka pengelolaan keuangan akan lebih terarah dan mencegah terjadinya istilah 'besar pasak daripada tiang'. 

Besar pengeluaran daripada pendapatan akan berakibat fatal bagi ketahanan dan keamanan keuangan keluarga Anda. Dan lebih baik ditulis di atas kertas. Bisa di buku tulis, atau diketik dulu di laptop, baru di-print juga bisa dilakukan. Kemudian tempel di dinding kamar atau di meja kerja, atau bisa juga di agenda harian Anda.

Kenapa harus tertulis? 

Karena kalau hanya diingat-ingat, bisa lupa, atau terlewat tidak dibeli atau dilaksanakan. "Kan bisa ditulis di gawai," kata Reni, sebut saja begitu, salah seorang teman saya yang juga berprofesi sebagai guru. 

Saya juga pernah menuliskan di gawai, di aplikasi pengolah angka dan kata, namun terkadang kurang praktis kalau harus membuka gawai terlebih dahulu untuk mengecek apa-apa saja yang harus dibeli atau dibayar. Belum lagi, pernah dalam banyak kesempatan, data saya terkena virus atau terhapus tanpa sengaja, sehingga hilang. 

Keuntungan menulis di atas kertas fisik adalah terlihat nyata, mana yang sudah saya beli atau bayar dan mana yang belum. Yang sudah saya beli atau bayar, saya coret, jadi terlihat nyata, yang mana lagi yang harus saya tuntaskan selanjutnya.

Contoh pengeluaran utama :

  1. Bayar kontrakan rumah (kalau masih mengontrak) entah itu bulanan atau menabung setiap bulan, menyisihkan uang untuk kontrak rumah di tahun berikutnya. Atau bayar cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi yang sudah punya rumah dengan cara mengangsur. 

  2. Bayar kredit sepeda motor atau mobil.

  3. Bayar tagihan rekening listrik dan air. 

  4. Bayar uang sekolah anak. 

  5. Uang kebutuhan hidup sehari-hari (makan, minum, sabun, deterjen, dan lain-lain. 

  6. Uang untuk rekreasi (makan di luar rumah, semisal di restoran; jalan-jalan ke pantai, dll) 

  7. ....

Masih banyak yang lain, sesuai skala prioritas. Dari yang paling mendesak,penting, dan tidak bisa ditunda; sampai yang kurang mendesak, kurang begitu penting, dan bisa ditunda pembayaran atau kepemilikannya. Nominal uang disesuaikan dengan anggaran yang akan ada nanti. 

Setelah sudah menentukan pos-posnya, saya biasanya menyediakan amplop-amplop kosong dan di depannya saya tuliskan peruntukannya, misal amplop 1 untuk kredit rumah, amplop 2  untuk kredit motor, dan seterusnya. 

Bisa juga dengan menggunakan fasilitas autodebet, jadi langsung dipotong dari rekening bank, kalau tidak mau ribet, untuk beberapa tagihan tertentu, misalnya cicilan KPR, angsuran kredit mobil, dan lain sebagainya. 

Cara #2 - Pertimbangkan apakah benda-benda yang dikenai promo tersebut adalah kebutuhan atau keinginan

Sumber Gambar: aprilhatni.blogspot.com
Sumber Gambar: aprilhatni.blogspot.com
Kebutuhan dan keinginan bisa dikatakan hampir serupa. Betis, beda tipis. 

Biasanya, dulu kalau saya ada sisa uang di luar perencanaan utama, ada keinginan untuk membeli barang yang saya idam-idamkan. Saat masih muda, memang kebanyakan kurang pertimbangan ^_^.

Namun, seiring waktu berjalan, saya melihat barang-barang yang saya beli dulu hanya teronggok tak dipakai. Saya jadi menyesal. Kenapa saya menurutkan hawa nafsu saya dulunya. 

Sekarang saya mempertimbangkan terlebih dahulu. Apakah produk tersebut memang saya butuhkan atau sekadar keinginan. Biasanya kalau ada promo, saya endapkan dulu dua sampai tiga hari, karena promo kan biasanya cukup lama durasinya, bisa seminggu sampai dua minggu.

Selama dua sampai tiga hari, saya berpikir, apakah produk tersebut memang saya butuhkan atau tidak. Sambil menimbang dari segala sisi, mulai dari pilihan toko online, harga di berbagai toko online, apa untungnya kalau saya membeli saat promo, apa ruginya kalau menunda membelinya, dan lain sebagainya. 

Dalam dua-tiga hari, biasanya setelah tiga hari, baru saya memutuskan apakah produk tersebut kebutuhan atau sekadar keinginan. 

Misalnya, saya mempunyai smartphone yang sudah cukup mumpuni dalam berbisnis online, kemudian ada promo smartphone teranyar dengan 'jeroan' yang garang, akses yang lebih wuuuz, dan harga yang aduhai turunnya dibanding harga normal, semisal diskon 30 persen. 

Saya endapkan dulu dua sampai tiga hari, lalu selewat tiga hari, saya memutuskan untuk tidak membeli karena itu cuma keinginan, bukan kebutuhan. Bisnis online saya belum menghasilkan profit yang maknyus. Selain itu, dengan smartphone yang saya punya saat itu, saya masih bisa melakukan berbagai aktivitas daring tanpa kendala. Jadi saya memutuskan untuk tidak membeli smartphone promo tadi. 

Ini salah satu contoh yang saya pernah hadapi. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Intinya, teliti apakah kebutuhan atau keinginan, sebelum ketok palu, sebelum memutuskan membeli. 

Cara #3 - Tanamkan dalam hati kalau selalu akan ada berbagai promo di waktu-waktu mendatang

Sumber Gambar: leanentrepreneur.co
Sumber Gambar: leanentrepreneur.co
Ingatlah selalu akan satu hal, bahwa promo yang terlewat sekarang, belum tentu tidak akan muncul kembali di masa depan. 

Saya selalu mengingat, kalau akan selalu ada berbagai promo di waktu mendatang. Sebagai pebisnis online, saya tahu tentang itu, sebagai trik menarik calon konsumen untuk membeli produk. Apakah itu penipuan? 

Tentu tidak, itu hanya sekadar trik marketing untuk menaikkan omzet penjualan, sehingga profit pun jadi melimpah. Momen-momen hari raya atau hari besar nasional memang pas untuk meluncurkan promo, karena biasanya masyarakat punya anggaran (dibaca : uang) berlebih, karena memperoleh THR berkenaan dengan hari raya, misal lebaran; atau dapat bonus dari kantor karena kinerja memuaskan; atau karena hal-hal lainnya.

Seperti sekarang, yang baru lewat, menjelang hari kemerdekaan Indonesia yang ke-74, kebanyakan toko online akan memasang promo seperti : beli dua, bonus tongsis; cashback senilai Rp 100.000 untuk pembelian produk tertentu; dan seabrek promo lainnya. 

Jangan heran, kalau nanti, akan ada promo lagi, semisal menjelang Natal dan Tahun Baru. 

Anda sudah tak heran? Bagus. Selamat saya ucapkan bagi Anda yang sudah tak heran, sudah tahu tentang trik toko online dalam menaikkan penjualan lewat promo. 

Namun terkadang emosi mengalahkan logika. Lupa, kalau di waktu berikut akan ada promo-promo lagi. Karena menghitung keuntungan saat waktu promo itu diluncurkan, membeli dengan harga miring. Padahal, mungkin di kemudian hari, bisa saja harga yang ditawarkan 'lebih miring lagi'. 

Promo selalu tetap akan ada, kapan pun juga. Jadi kalaupun promo kali ini terlewat, tidak masalah. Masih ada promo-promo berikut kelak. 

Kebutuhan, bukan Keinginan

Sebenarnya dari tiga cara di atas, kesimpulan yang dapat kita tarik adalah Utamakan Kebutuhan, bukan Keinginan. Kebutuhan tidak bisa Anda tunda. Keinginan bisa Anda realisasikan kapan saja, karena sifatnya tidak mendesak dan tidak terlalu penting. 

Bayangkan, seandainya Anda terlambat membayar sewa rumah, Anda sekeluarga bisa diusir keluar dari rumah oleh sang pemilik rumah. Berbeda dengan barang-barang yang tidak terlalu mendesak, seperti hp, kulkas, tv, yang masih bisa Anda tunda kepemilikannya. 

Akhir kata, kebutuhan yang harus menjadi prioritas utama. Jangan gelap mata, ingin memiliki produk-produk tertentu dikarenakan ada penawaran promo. Bijaklah dalam berbelanja. 

Salam Kompasiana. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun