politik, cuma pilihan doang, dan boro-boro masuk nilai tertinggi, tapi selalu mendapat predikat terpopuler dan K-Rewards selalu gede!"
"Rugi! Sudah capek-capek nulis puisi, cerpen, bahkan tulisan-tulisan tentang pendidikan, yang bermanfaat, dan sudah dapat predikat pilihan, bahkan artikel utama, tapi dapat K-Rewards kecil. YangKomentar ini datang pada Whatsapp saya bulan lalu, dari salah satu kompasianer, sebut saja Susilo (Saya sudah memberitahukan kepada beliau kalau saya akan menulis artikel ini. Beliau tidak keberatan, dengan syarat tidak menyebutkan nama aslinya).
Beliau menghubungi saya sejak saya mulai aktif menulis di Kompasiana, dan beliau menanyakan nomor HP saya, karena selain ingin berteman, juga ingin sharing masalah pendidikan.
Saya menanggapi keluhan teman saya, Susilo ini, dengan sabar. "Jadi bapak motivasinya ingin dapat K-Rewards gede?" tanya saya.
"Ya, kalau bisa dapat K-Rewards gede, kenapa tidak?" katanya.Â
Pada akhirnya, semua bermuara pada K-Rewards, sang penggoda dari 'sekadar menulis".
Apakah Salah Mengejar K-Rewards?
Saya tidak menyalahkan Pak Susilo.
Tidak salah kalau menginginkan K-Rewards dari Kompasiana. Siapa yang tidak butuh uang? Memang, uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.
Namun, mengharapkan sesuatu yang besar dari hal yang tidak pasti tentu saja sia-sia.
Mungkin Anda semua bingung apa maksud saya dengan kalimat di atas.
Begini.