Sudah punya blog, tapi bingung mau nulis apa lagi?
"Sudah gak ada ide," kata Danu (nama samaran), salah seorang teman, yang punya blog, tapi sudah tidak pernah nulis di blognya lagi.
Sebetulnya mustahil kalau sudah kehabisan ide, karena ide ada dimana saja dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja ada trik-trik yang perlu kita lakukan untuk mendapatkan ide menulis.
Selama dalam berkegiatan menulis, saya mempunyai 5 trik dalam menemukan ide. Trik-trik ini sudah membantu saya untuk menuangkan berbagai gagasan-gagasan baru.
Apa saja 5 trik itu?
1. Banyak Membaca
Tak pelak lagi, membaca adalah salah satu kunci vital bagi saya dalam mendapatkan ide. Tidak terbatas pada membaca buku-buku fisik, namun juga buku-buku elektronik, artikel di surat kabar, majalah, media daring, dan lain sebagainya.
Sekarang sangatlah gampang mendapatkan bahan bacaan. Selain membaca artikel-artikel ciamik di Kompasiana, saya juga membaca artikel di media daring lainnya, seperti Kompas, Tirto, Detik, dan lain sebagainya.
Ditambah lagi dengan perpustakaan digital yang bertebaran di dunia. Salah satunya, iPusnas, aplikasi perpustakaan digital dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sangat membantu saya untuk bisa membaca dimana saja dan kapan saja.
Dengan banyak membaca, saya mendapat banyak ide. Misalnya, membaca artikel tentang laut, menimbulkan ide membuat puisi tentang perjalanan di kapal dulu.
Baca: Semilir Angin di Kapal Kala Itu
Jadi bacalah apa saja. Baca yang bermanfaat, jangan baca hoaks atau berita bohong ^_^.
2. Tulis Ide-ide di Buku-buku Kecil atau Fitur Notes di Hape Sebelum Lenyap dari Pikiran
Ide terkadang datang tiba-tiba seperti pencuri. Kalau tidak dicatat secepatnya, bisa lupa.
Saya sering mendapat ide waktu berkendara, waktu sedang mengendarai sepeda motor. Dulu saya suka menunda menuliskan ide yang muncul saat di perjalanan. "Nanti saja," pikir saya. "Waktu di rumah, baru ditulis."
Tapi, kebanyakan malah terlupa. Saya jadi menyesal. Kenapa tidak menuliskannya waktu di jalan!
Saya pun lalu mensiasatinya dengan menulis di buku kecil. Kenapa tidak di hape? Bagi saya, menulis dengan tangan lebih cepat daripada mengetik di hape.
Terkadang saya juga menulis di fitur notes hape.
Misalnya, sewaktu mengendarai sepeda motor di malam hari, saya melewati salah satu tempat makan di pinggir jalan.
Tempat makan itu sangat ramai dengan anak muda. Saya melihat mereka gembira, seperti tidak ada beban di pundak mereka.
Saya menepikan sepeda motor saya ke tepi trotoar; membuka tas kecil saya; mengambil pulpen dan buku kecil; lalu menulis "sebutir nasi" di buku kecil tersebut.
Itu menjadi ide puisi saya tentang sebutir nasi.
Di rumah, saya mengetik menjadi sebuah puisi, lalu judul saya kotak-katik. Jadi deh puisi dari pengamatan di tempat makan tadi ^_^.
Baca: Sebutir Nasi Bagi Perut Ini
Jadi tulis ide-ide yang datang dengan segera. Jangan tunda-tunda.
3. Menulis Buku Harian/Jurnal
Ada yang bilang buku harian; yang lain bilang jurnal.
Pada prinsipnya sama, hanya ada perbedaan sedikit. Namun kita tak akan membahas perbedaan buku harian dan jurnal sekarang. Mungkin suatu saat saya akan menulis artikel terpisah tentang buku harian dan jurnal.
Dalam hal ini, menulis apa yang terjadi setiap hari di buku harian atau jurnal akan menjadikan mereka sebagai bank ide.
"Ah, saya cuma ibu rumah tangga. Tidak ada kejadian-kejadian istimewa yang terjadi," kata Bu Sumi (nama samaran) yang berprofesi sebagai IRT.
"Saya cuma satpam. Tidak ada peristiwa yang spesial," ujar Jono (bukan nama sebenarnya), satpam di salah satu esde negeri di Samarinda.
"Saya cuma murid biasa. Tidak ada prestasi apa-apa," kata Sinta, sebut saja begitu, siswi di salah satu SMA Negeri di Samarinda.
"Saya hanya penjaga toko. Tidak ada apa-apa yang menarik yang bisa diceritakan," kata Sutrisno (nama samaran).
Menurut saya, pasti ada kejadian atau pengalaman yang menarik, meskipun sehari-hari berada di rumah atau di sekolah atau di tempat kerja yang rutinitasnya kelihatan "itu-itu saja".
Pasti ada yang unik.
Semisal, kalau sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai dua atau tiga anak, pastinya ada momen-momen menarik sewaktu membesarkan anak. Entah seputar anak sering mengompol, pengalaman anak waktu pertama kali masuk sekolah, atau waktu memasak ayam geprek di dapur.
Kalau ibu rumah tangga saja sudah seabrek pengalamannya; apalagi pekerjaan yang berada di luar rumah, seperti satpam, penjaga toko, atau murid sekolah.
Tulis pengalaman di buku harian atau jurnal. Itu akan berguna seandainya lagi kering ide, waktu membaca pengalaman masa lalu di buku harian, timbul ide untuk menulis artikel baru.
4. Latih Kepekaan Dimana Saja dan Dalam Kondisi Apa Saja
Seperti yang saya bilang di alasan kedua tentang menulis di buku-buku kecil, ide bisa muncul di saat tak terduga seperti maling atau pencuri.
Semisal, waktu saya naik bis dari Samarinda ke Balikpapan dalam rangka mudik lebaran, biasanya ada pengamen yang "memeriahkan suasana".
Saya melatih kepekaan untuk melihat peluang ide apa yang bisa saya dapat.
Kebanyakan pengamen mempunyai kemampuan yang oke dalam memainkan gitar. Seandainya mereka mengunggah permainan gitar mereka ke YouTube, kemungkinan akan banyak yang menonton, dan bisa jadi akan dilirik oleh produser musik untuk diajak rekaman.
Saya berpikir, mungkin karena mereka tidak punya alat perekam yang memadai, sehingga mereka enggan untuk mengunggah video permainan gitar mereka ke YouTube.
Dari permasalahan ini, saya dapat ide untuk menulis artikel tentang cara merekam video permainan gitar, meskipun dengan peralatan seadanya, namun sudah bisa mendapatkan kualitas video yang oke punya.
Baca: Tak Sampai 2 Juta, Ini Cara Rekam Video Memainkan Gitar
Jadi latihlah kepekaan untuk menangkap ide dimana saja, dalam kondisi apa saja, sehingga untuk bahan menulis, selalu ada ide baru. Tidak pernah kering sumber idenya ^_^.
5. Ikut Berbagai Aktivitas atau Kegiatan di Luar Rumah Sesering Mungkin (Jika Memungkinkan)
Jika memungkinkan, apalagi kalau masih muda dan jomblo (^_^), ikutilah beragam aktivitas atau kegiatan di luar rumah sesering mungkin, sebanyak-banyaknya, semampunya.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya, supaya isi artikel bisa bervariasi, tidak "itu-itu saja". Tidak berkutat di seputar rumah saja, sekolah saja, atau tempat kerja saja. Sekiranya ada waktu, beraktivitaslah di luar rumah; dan bepergian, baik ke luar kota, maupun ke luar negeri.
Bu Sisca Dewi adalah salah satu kompasianer yang suka traveling dan dari hobi jalan-jalan itu, beliau membagikan berbagai pengalaman tersebut dalam bentuk tulisan. Menarik, mengetahui ada tempat-tempat dengan sejuta pemandangan yang indah dan pernak-pernik yang unik di dalamnya.
Sekarang ini, saya juga sedang membaca buku "The Naked Traveler 1" yang ditulis oleh Trinity. Memang, sedikit terlambat untuk membaca buku yang booming di tahun 2007, tapi lebih baik terlambat daripada tidak membaca sama sekali.
Sangat menarik membaca berbagai pengalaman Trinity berkelana, baik itu di tingkat lokal maupun interlokal ^_^.
Saya sendiri tak begitu banyak bepergian. Itu yang saya sesalkan. Pengalaman saya lebih banyak berasal dari profesi saya sebagai guru. Meskipun begitu, keseruan pengalaman-pengalaman saya tidak kalah dibanding yang lain ^_^.
Baca: "Kalau Tidak Kuat Mental, Jangan Masuk PGSD!"
Baca: Tulisan Tegak Bersambung, Riwayatmu Kini
Baca: Ini 7 Kesusahan Kronis Kalau Guru Bisa Main Gitar
Ini salah tiga dari beberapa artikel saya yang terinspirasi oleh profesi saya sebagai guru.
Masih Ada Alasan Lagi?
Dengan 5 trik di atas, kiranya sudah bisa memecahkan masalah kehabisan ide.
Mungkin di antara para rekan kompasianer, ada yang punya trik lain, selain yang saya bagikan?
Silakan membagikan link artikel rekan-rekan di kolom komentar di bawah, supaya bisa membantu rekan kompasianer lain yang buntu ide.
Dan tentu saja, kalau sudah mendapatkan ide, tuliskan secepatnya, jangan tunda-tunda, kembangkan menjadi artikel yang wah, edit setelah selesai, lalu publish kalau dirasa sudah beres semuanya. Saran saya, publish di Kompasiana. Dijamin, bakal banyak yang baca (dengan catatan, isi artikelnya oke punya dan bermanfaat bagi orang lain ^_^).
Saya sendiri biasa menayangkan di K di sembarang waktu, bisa pagi, siang, sore, atau malam, tergantung kapan artikel yang saya buat siap tayang.
Dan, untuk menunjang penayangan artikel di K, saya mengandalkan teman cerdas, karena selalu tahu kebutuhan saya akan akses internet cepat yaitu Smartfren. Dengan kecepatan rata-rata download 15.7Mbps dan upload 1.67Mbps di area saya, sudah sangat mumpuni untuk membantu lancarnya aktivitas saya. Belum lagi kuota 4G yang melimpah, saya tak takut akan kehabisan kuota internet ^_^.
Jadi masih beralasan kehabisan ide? Mustahil!
"Ide ada dimana-mana, tinggal kita yang harus siap untuk menangkapnya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H