Namun, saya tidak terlalu memusingkan pendapat orang, komentar miring beberapa guru tentang kedekatan saya dengan murid-murid perempuan. Sejauh tidak menyalahi aturan dan proses belajar mengajar tetap berjalan lancar, bagi saya, tidak ada masalah.
3. Disangka guru kesenian
"Bapak guru kesenian ya?"
Pertanyaan ini sudah sering saya dengar dari berbagai orangtua atau wali murid di saat bertemu, baik di pos jaga maupun di perpustakaan.
Stigma "membawa gitar berarti guru kesenian" atau "membawa alat musik berarti guru kesenian" seperti melekat pada guru kesenian. Mungkin sama halnya kalau guru olahraga berarti memakai baju olahraga dengan peluit yang terpampang, tergantung di leher dan stopwatch yang selalu ada di tangan.
Kalau untuk guru olahraga, bisa dibilang itu sudah pasti, tapi bukan berarti membawa gitar, seperti yang saya lakukan, menandakan saya guru kesenian.
"Kalau bapak membawa kamus bahasa Inggris, baru cocok," kata Januar, guru olahraga di sekolah.
Itulah susahnya stigma yang sudah pakem di dunia, identik dengan apa yang dibawa.
4. Karena sudah terbiasa menyanyi dengan gitar, tanpa gitar terasa kurang gereget saat menyanyi
Nah, kalau sudah terbiasa menyanyi dengan iringan gitar, tentu saja, jadi terasa berbeda kalau tidak menggunakan gitar.
"Pak, nggak asyik kalau tidak ada gitar. Kenapa bapak tidak bawa gitar?"
Itu komentar dari para siswa jika saya tidak membawa gitar.
Kenapa saya tidak membawa gitar?