Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Di Kala Aku "Alih Profesi" Menjadi Pelatih Paduan Suara dan Tari

15 Juni 2019   05:21 Diperbarui: 15 Juni 2019   05:51 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini sudah seperti perpisahan tahun-tahun sebelumnya, Pak. Sudah jadi tradisi," jawab Bu Dini, salah satu guru kelas enam.

Saya pun diam saja. Susah kalau sudah menyangkut soal kebiasaan. Tidak mau mencoba sesuatu yang baru, tidak mau menerima perubahan. Mungkin dulu, tidak masalah kalau murid-murid kelas enam terlibat mengisi acara perpisahan, karena untuk penerimaan peserta didik baru di SMP mungkin lebih mudah, dan juga ada banyak ekskul di sekolah. Namun di tahun-tahun sekarang ini tentu saja tidak bisa disamakan penerapan penerimaan peserta didik di SMP dengan di masa lalu, dan juga ekskul yang tersisa hanya karate!

Namun, saya tak mau berdebat. Ya sudah. Saya jalankan tugas saja. Melatih paduan suara.

Anggota paduan suara terdiri dari murid-murid dari kelas enam, sekitar 30 orang. Laki-laki dan perempuan.

Sebenarnya saya tidak mempunyai dasar yang kuat dalam dunia tarik suara. Ada sedikit. Tidak mendalam.

Sangat sukar mengatur anak-anak ini dalam hal menentukan nada dasar. Mereka suka tidak pas dalam mengambil suara. Saya memainkan gitar dan Michael (nama samaran, salah satu siswa kelas enam) memainkan keyboard dalam nada dasar Do = G untuk lagu pertama. Eh, ternyata anak-anak ini sulit sekali menyamakan suara. Bisa menjadi Do = C. Jadinya, saya dan Michael berusaha mencari nada yang sesuai dengan tingkat vokal anggota paduan suara.

Ada dua lagu yang harus dinyanyikan, permintaan dari para guru kelas enam, yaitu Hymne Guru, yang diciptakan oleh Sartono; dan Terima Kasih Guru yang diciptakan oleh Sri Widodo.

Sebenarnya saya ingin mengusulkan satu lagi lagu gembira, namun karena katanya lagi, "Biasanya nyanyi dua lagu itu," saya pun menuruti ^_^.

Sayangnya, anak-anak ini sepertinya tidak menguasai tangga nada, sehingga sangat sulit untuk membimbing mereka dalam menyanyikan lagu-lagu ini.

Butuh perjuangan keras. Itu pun saya hanya melatih untuk suara satu saja. Tidak bisa melatih untuk suara dua, apalagi tiga.

Mudah-mudahan, ke depan, pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) mendapat perhatian dari pemerintah, bukan hanya mementingkan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun