"Kalau masalah dengan PR," Bu Rosi melanjutkan, "Saya akan membelikan buku pelajaran Bahasa Inggris untuk Nina."
"Tidak perlu, Bu. Saya akan memberikan bukunya pada Nina. Gratis. Anda tidak perlu membayar untuk itu."
"Tidak apa, Pak. Saya malah jadi tidak enak dengan bapak. Bapak kan guru honor. Honor bapak kan tidak seberapa," Bu Rosi bersikeras.
"Tidak masalah, Bu. Saya ikhlas memberikan pada anak ibu. Tapi, cuma fotokopi, karena semua buku sudah ditarik sama penerbit. Tapi paling tidak, bisa membantu Nina untuk belajar bahasa Inggris. Maaf, Bu. Saya cuma bisa membantu memberikan buku bahasa Inggris saja," Saya tersenyum.
"Itu sudah sangat membantu, Pak. Terima kasih banyak," Bu Rosi meneteskan air mata kembali. Kelihatan terharu.
"Sama-sama, Bu. Saya salut dengan Anda," kata saya.
"Kenapa Bapak salut dengan saya? Saya cuma perempuan biasa, tidak mempunyai ketrampilan apa-apa, dan suami saya juga masuk penjara. Saya malu, Pak. Semua orang, tetangga saya, menjauhi saya dan anak-anak saya. Tetangga-tetangga saya melarang anak-anak mereka untuk bergaul dengan anak-anak saya. Kami dikucilkan, Pak. Makanya, Nina tidak bisa meminjam buku dari teman-temannya, karena tak ada yang mau meminjamkan. Dilarang oleh orangtua mereka," Bu Rosi berkata dengan getir. Terdengar ada rasa sakit di perkataannya.
"Tidak semua orang seperti itu, Bu. Kenalan ibu kan mau menerima ibu sebagai pengantar kue-kuenya ke warung-warung. Ibu juga bisa jadi tukang ojek, antar jemput anak sekolah. Berarti ada orang-orang yang berempati pada Anda," saya berusaha memberikan semangat pada Bu Rosi, bahwa dia tidak sendiri di dunia ini. Ada orang-orang yang peduli padanya.
"Saya salut dengan Anda," saya menyambung, "Mungkin istri-istri yang lain akan minta cerai, kalau suami-suami mereka tersangkut masalah. Apalagi masalah hukum. Tapi Anda tetap setia, menanti suami Anda bebas dari penjara, setelah selesai menjalani hukuman. Anda juga mau melakukan pekerjaan apa saja, yang penting halal, meskipun Anda tahu, bahwa resiko antar jemput atau jualan kue keliling kota ini sangat berbahaya, karena Anda berada di jalanan, penuh dengan bahaya kecelakaan sewaktu-waktu.
"Kalau saya dalam posisi Anda, belum tentu saya akan berpikiran seperti itu. Mudah-mudahan Anda tetap diberi kekuatan dan kesehatan dari Tuhan, supaya tetap tabah menjalani ujian ini, Bu."
"Amin. Terima kasih, Pak."