Waktu saya menyuruh Jennifer menghitung ulang soal tentang luas buku gambar yang ada di sebab kedua, Jennifer bertanya, "Pak, 5 kali 8 berapa ya?"
Ini bagai petir di siang hari bolong.
Saya memintanya untuk menuliskan ke bawah, di kertas coretan.
1 x 8 = 8Â
2 x 8 = 16Â
3 x 8 = 24Â
4 x 8 = 32Â
5 x 8 = 40Â
Saya mengatakan pada Jennifer, kalau daftar perkalian harus dihafal. Kenapa? Karena kan tidak mungkin, waktu ulangan atau ujian semester, melihat kertas yang berisi perkalian satu sampai sepuluh.
"Kalau kamu hafal, menyusun perkalian seperti di atas tidak perlu lagi dilakukan, karena memakan waktu. Kalau kamu sudah hafal perkalian satu sampai sepuluh, kamu akan cepat mengerjakan soal," saya menganjurkan pada Jennifer.
Solusi untuk memecahkan masalah tidak hafal perkalian :
Saya meminta pada orangtua murid, dalam hal ini, Ibu Jennifer, untuk memotivasi Jennifer, menghafal daftar perkalian. Dengan begitu, mempermudah dalam mengerjakan soal.
4. Tidak memeriksa kembali hasil perhitungan
Imbas dari sebab dua, kebanyakan anak tidak memeriksa kembali hasil perhitungan. Mereka merasa sudah selesai mengerjakan dan yakin kalau jawabannya benar. Kalaupun tidak yakin benar, mereka kebanyakan malas memeriksa, karena beralasan capek dan tidak tahu ada yang salah atau tidak.
Bagi saya, ini hal yang memprihatinkan. Cepat selesai sih bagus, namun tidak ada upaya untuk berbuat semaksimal, sebaik mungkin, dengan cara memeriksa ulang hasil perhitungan. Saya curiga, dalam mengarang pun seperti itu.
Misalnya, mereka mengarang cerita tentang pengalaman berlibur waktu liburan semester satu di bulan Desember 2018 yang baru lewat.
Kebanyakan dari mereka menulis jumlah kalimat yang sangat sedikit, seperti ada pernah, salah satu murid les saya mempunyai PR Bahasa Indonesia dengan topik liburan, dan dia mencontoh kalimat-kalimat yang saya berikan. Saya menuliskan lebih dari sepuluh kalimat, namun Jojo, sebut saja begitu, hanya menuliskan sekitar tiga sampai empat kalimat saja! Itu pun dia tidak memeriksa kembali tulisannya.