Mandiri Jogja Marathon sudah berakhir. Event Lomba Lari yang diadakan di Yogyakarta pada hari Minggu, 28 April 2019, Â bisa dikatakan kembali sukses menggelar perhelatan setahun sekali ini, yang adalah ketiga kalinya, setelah mendulang kesuksesan di tahun pertama 2017 dan kedua di 2018.
Animo dan antusiasme yang tinggi bisa terlihat dari jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebesar 7.500 pelari dari sembilan negara tentu saja sangat menggembirakan, karena dengan begitu menunjukkan bahwa, selain semangat dalam menjaga kesehatan dengan berolahraga, juga bisa semakin memperkenalkan pada dunia, bahwa selain Bali, ada banyak tempat-tempat wisata di Indonesia yang bisa menjadi rujukan. Yogyakarta adalah salah satu dari sekian banyak daerah wisata yang bisa menjadi pilihan.
Mandiri Jogja Marathon adalah event yang mengusung olahraga dan wisata di saat yang bersamaan. Para pelari dari sembilan negara disuguhi keramahan khas rakyat Indonesia; kekayaan budaya; eksotisme tempat-tempat bersejarah seperti Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan juga Monumen Taruna; serta menemui berbagai kuliner khas Yogya dan sekitarnya yang bisa memuaskan lidah. Sports tourism yang sangat bisa menjual keunggulan daerah, lewat keindahan alam, budaya, dan kuliner, lewat rute lari di alam terbuka.
Bisa dipastikan, untuk tahun mendatang, 2020, akan semakin banyak pelari yang akan ikut ambil bagian di event ini. Beberapa testimoni dari para pelari membuktikannya.
Tapi salah satu yang memberikan rekomendasi berharga bahwa lomba lari Mandiri Jogja Marathon adalah even lomba lari yang lain daripada yang lain, unik, dan sangat sayang untuk dilewatkan adalah pelari yang menjadi juara pertama full marathon Mandiri Jogja Marathon 2019 bagian pria, Stephen Munghatia Mugambi. Pelari asal Kenya ini sangat mengapresiasi apa yang sudah rakyat Yogya lakukan untuk para pelari, yaitu memberi semangat kepada para pelari, mendukung para pelari untuk terus mengejar cita sampai melewati garis finish
"Banyak orang yang sangat baik. Ini event yang sangat menyenangkan. Meriah sekali untuk melihat banyak orang yang menyemangati kami. Mereka menambah semangat saya. Mereka buat saya tidak memikirkan tentang lelah. Mereka bantu saya buat lebih kuat. Saya hanya lari dan bersenang-senang. Sebab, kalau lari sendiri kita memikirkan kapan lomba ini selesai, berapa waktu yang harus saya penuhi," kata Mugambi (sumber berita : jogja.tribunnews.com)
Ini menunjukkan, siapa pun pelari, dari asal negara mana pun, mereka semua diterima dengan tangan terbuka, seperti keluarga di Indonesia pada umumnya, dan Yogya pada khususnya.
Mugambi mendapat 'tenaga ekstra' dari dorongan semangat rakyat Indonesia yang ada di Yogya dan sekitarnya. Rakyat Indonesia mendukung Mugambi seakan dia adalah rakyat Indonesia juga.Â
Tentu saja, keramahan dan rasa diterima di lomba lari, merupakan salah satu hal yang menjadi faktor kunci, dimana para pelari dari sembilan negara tadi akan memiliki kesan yang berbeda selama maupun sesudah mengikuti lomba ini, dan berkomitmen untuk mengikuti lomba lari Mandiri Jogja Marathon di masa-masa yang akan datang, dan mungkin juga akan merekomendasikan ajang lari tahunan ini kepada rekan-rekan pelari lainnya yang tidak atau belum pernah turut ambil bagian dalam Mandiri Jogja Marathon. WOM atau Words of Mouth lebih powerful daripada iklan-iklan di berbagai media. Apalagi, rekomendasi keluar dari testimoni langsung sang juara, pasti mempunyai nilai lebih.
Dan memang, Mugambi berkomitmen untuk memasukkan ajang lari eksotis ini ke dalam agenda larinya di tahun 2020 mendatang.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!