Orang tidak akan tahu pendapat saya, kalau saya tak pernah menyampaikannya. Dengan adanya teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini, menyampaikan pesan bisa lewat berbagai cara.Â
Ada yang menyampaikan lewat video yang diunggah ke youtube (Gara-gara saya mengunggah permainan gitar saya ke youtube, banyak teman SMP saya jadi tahu kalau saya bisa main gitar klasik. Untungnya, saya tidak sempat tampil gitaran di reuni bulan Februari barusan karena sudah terlalu malam untuk show ^_^).
Ada yang menyampaikan dalam bentuk rekaman suara di podcast (Saya juga akan mencoba cara ini. Tunggu tanggal mainnya ^_^).
Ada yang menyampaikan lewat tulisan di blog atau media sosial. Cara ini yang bagi saya menyenangkan, karena selain fleksibilitas menulis, juga tak perlu peralatan mahal untuk menulis. Dengan hape, saya pun bisa langsung menulis. Berbeda waktu membuat video untuk youtube. Banyak peralatan yang harus saya persiapkan, dan situasi yang harus diatur sedemikian rupa, sehingga pas sewaktu rekaman. Belum lagi, proses peng-edit-an yang rumit.Â
Dengan hape, saya tinggal menulis, dan setelah tulisan selesai, saya membaca ulang sekitar tiga sampai empat kali atau lebih, untuk mencari kesalahan ketik (typo) atau sekiranya ada kata-kata yang harus dihapus, dan mengganti dengan kata-kata yang lebih tepat.Â
Setelah selesai revisi, baru ditayangkan di blog, misalnya di Kompasiana (very recommended ^_^).
Menjadi hal yang menyenangkan, waktu artikel yang ditulis mendapat apresiasi. Banyak orang merasa mendapat manfaat dari artikel yang ditulis, bagi saya, adalah penghargaan yang tak terkira. Ternyata pendapat, buah pikiran saya berguna. Seandainya saya tidak menuangkan dalam bentuk tulisan dan menayangkan di blog, dunia tidak akan tahu isi pikiran saya.
Bagaimana dengan Anda? Anda tidak atau belum menuliskan gagasan Anda dan menayangkan di blog? Segeralah menulis dan menayangkan. Siapa tahu bisa bermanfaat dan menginspirasi banyak orang ^_^
Kedua, belajar mengutarakan ide secara jelas.Â
Sebagai guru, menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik secara jelas adalah keniscayaan. Makanya, guru perlu menulis rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp), supaya jelas urutan-urutan dalam proses belajar mengajar.Â
Sayangnya, dengan alasan sibuk, kebanyakan guru tidak membuat rpp (Tidak semua guru. Ada beberapa guru yang berkualitas.). Mereka mengunduh dari internet, dan waktu disupervisi, mereka mengatakan kalau rpp-rpp itu adalah karya mereka.Â