Saya berusaha mencari nama saya di kertas DPT yang tertempel (sayangnya, saya lupa mengambil foto DPT dan beberapa dokumentasi gambar caleg di papan di depan TPS).
Puji Tuhan, nama saya ada.
Saya pun duduk ganteng di kursi sambil menunggu detik-detik proklamasi, eeh salah ding, maksudnya detik-detik dibukanya pemungutan suara.
Ibu di sebelah saya gelisah, sambil melirik jam tangannya. Saya pun tergelitik untuk bertanya.
"Gak sabar untuk memberikan suara ya, Bu?" tanya saya, ingin tahu.
"Ah, bukan itu, Pak," jawab sang ibu, terlihat gelisah sambil terus memandangi jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Kalau bukan itu, lalu apa, Bu?" tanya saya heran.
"Saya harus ada di Bandara jam delapan ini. Katanya mulai pemungutan suara di TPS jam tujuh. Ini sudah mau jam delapan, belum dibuka juga. Di TPS-TPS sekitar, jam tujuh sudah mulai. Bakal terlambat saya ke bandara," keluh sang ibu.
"Sabar, Bu. Sepertinya sebentar lagi dimulai," saya berusaha menenangkan.
"Ah, iya nih. Banyak perempuannya, makanya lambat. Yang di TPS-TPS lain, banyak laki-lakinya," kata ibu itu yang membuat dahi saya mengerenyit.
Kan ibu ini perempuan juga, kok menilai sesamanya lambat. Berarti dia juga lambat dong ^_^.