Terkadang banyak kata-kata terlontar begitu rupa, melupakan apakah kelompok kata itu melukai hati atau merobek sukma.Â
Memuntahkan semua tanpa tedeng aling-aling, sehingga lupa untuk berpaling.Â
Menengok sejenak ke masa silam, mengenang segala perbuatan di masa lampau yang kelam.Â
Semua peristiwa yang telah terjadi, seharusnya membuat setiap insan sadar diri.Â
Bahwa dari lidahlah segala sesuatu bermula, entah itu kebaikan atau keburukan yang tersua.Â
Lidah adalah sumber yang unik, mengeluarkan dua rasa yang antik.Â
Di satu sisi mengeluarkan segi positif, di sisi lain memproduksi hal yang negatif.
Kekanglah lidah kita, supaya kita tak mendapat celaka.
Perkatakanlah hal-hal yang baik dan mencerahkan, sehingga membangunkan semangat dan jiwa yang letih dan tertekan.Â
Hati-hati dalam berkata, telinga bisa terluka karenanya.Â
Hati pun jadi menderita, karena mendengar kata-kata yang tak sepantasnya.
Saksama dalam berkata-kata, karena dari situlah orang akan mengenal siapa kita.Â
Telinga yang terluka, hati yang menderita, siapakah yang ingin mendapatkannya?Â
*
Samarinda, 4 April 2019
Anton
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H