Aku berada di dalam kamar, merenung dalam tatapan yang nanar.
Hari ini merupakan kilas balik, aku menghadap ke masa silam yang pelik.
Kesadaran menyeruak di awang-awang, menyentak akan kekosongan ruang.
Kamar ini terasa lowong, meskipun ada banyak orang yang ngomong.
Kesepian melanda hati, walaupun banyak saudara di sisi.Â
Aku pun beranjak ke jendela, tirai menanti untuk dibuka.Â
Aku pun tiba di depan jendela, tirai kusibak dengan segera.
Ada mobil dan sepeda motor melaju di jalanan bawah, terasa jauh terpisah.
Bukan itu yang menarik perhatian, namun bintang dan bulan menjadi fokus tumpuan.Â
Andai aku bisa bercahaya seperti mereka, tentu aku menjadi berarti dan berguna.
Andai aku di atas sana, mungkin aku bisa melihat orang-orang terkasih yang sudah tiada.Â
Itu semua hanya pengandaian belaka, tak akan menjadi realita.
Namun aku sama seperti kamu semua, kita adalah bintang dan bulan di dunia.
Bersinar dan bercahaya, dengan cara-cara yang berbeda.
Memberikan manfaat dan kegunaan, sesuai masing-masing pekerjaan.Â
Jadi bergiatlah kita, karena kita semua berharga di mata Tuhan dan manusia.Â
*
Samarinda, 30 Maret 2019
Anton
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H