Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Senyum Mereka Membuat Hariku Kembali Ceria

16 Maret 2019   15:54 Diperbarui: 16 Maret 2019   16:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya minta maaf, Pak Anton. Saya ingin memberikan lebih. Tapi ada aturannya," kata Bu Andrea.

"Saya tidak menyalahkan anda, Bu. Saya mengerti kondisinya," kata saya, untuk menenangkan Bu Andrea, sewaktu memutuskan resign dari sekolah.

Saya pun juga menjelaskan bahwa keputusan saya untuk resign juga bukan disebabkan karena gesekan dengan rekan guru di sekolah. "Saya ingin berwirausaha, sembari tetap menjalankan profesi saya sebagai guru, namun sebatas mengajar les privat bahasa Inggris ke rumah-rumah. Tidak masalah dengan rekan guru yang lain. Ini sudah saya rencanakan jauh-jauh hari," saya menjelaskan pada ibu kepala sekolah.

Meskipun tidak mudah menjalankan wirausaha, yaitu bisnis online (apa bisnis online saya? Lain waktu, saya akan menulis artikel-artikel terpisah tentang bisnis online saya di Kompasiana. Tunggu saja tanggal mainnya ^_^.) dan les privat.  Karena saya harus mengatur jadwal dan disiplin dengan jadwal yang saya buat, serta menjaga konsistensi. 

Secara tak sengaja, waktu saya melihat-lihat foto-foto yang ingin saya hapus dari hape, untuk 'melegakan' memori hape, saya menemukan foto-foto malaikat-malaikat mungil nan lucu ini.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Ini terjadi di hari Sabtu, tanggal 3 November, di semester satu, tahun 2018 lalu. Itu menurut informasi foto di hape saya. Murid-murid mendapat susu gratis di pagi hari dari salah satu produsen susu ternama di Indonesia. 

Meskipun di hari itu, saya merasa loyo karena ada kejenuhan menjalani hari seperti biasa di tengah kekurangan secara finansial, namun senyum mereka, kegembiraan mereka, kepolosan mereka, karena mendapat segelas susu hangat, hal yang sederhana, tapi membuat mereka bersukacita, mengakibatkan saya pun gembira. Hari saya menjadi ceria.

"Kata teman-temanku yang alumni SMA, mereka bilang aku kelihatan awet muda. Mungkin karena ngajar anak esde, makanya awet muda. Begitu kata mereka. Mungkin juga ya," kata Lina (bukan nama sebenarnya), salah seorang teman guru esde dari sekolah lain, "Pak Anton juga keliatan muda. Gak berubah dari dulu."

Yah, mungkin kata teman saya, Lina, benar adanya. Saya banyak tertawa, tersenyum melihat tingkah polah anak-anak kecil ini. Mereka mengajarkan kesederhanaan hidup dari sekedar mendapat segelas susu hangat saja, mereka sudah ceria, gembira, bermain bersama teman sebaya, sambil menikmati susu hangat yang mungkin sudah biasa mereka nikmati di rumah bersama orangtua tercinta, namun bersama teman, jadi berbeda.

Kenangan ini, tak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Belajar tidak mesti dari bangku sekolah atau kuliah, karena kita bisa belajar dari mana saja dan siapa saja, termasuk dari anak-anak, karena dari keceriaan mereka, senyum mereka, saya belajar, bahwa bahagia itu tidak rumit, tidak harus punya uang banyak, atau mobil seabrek, atau sering bepergian ke luar negeri.

Bahagia itu sederhana. Bisa menikmati susu hangat bersama teman, itu pun bisa membuat kita bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun