Lutut ini susah diajak kompromi.
Berjalan sudah setengah mati.
Aku sadar kalau usiaku sudah tak muda.
Aku harus sudah siap dengan segala sesuatunya.
Berjalan tertatih-tatih.
Aku jadi teringat akan kedua orangtuaku yang sudah meninggal.
Di saat terakhir hidup mereka, mereka berjalan dengan usaha yang tak mudah.
Selangkah membutuhkan usaha keras.
Lutut ini sudah tak bersahabat.
Seandainya suku cadang sepeda motor, aku ingin mengganti dengan yang baru.
Sayang, tak ada satu tempat pun yang menjualnya.
Hanya Tuhan yang memproduksi lutut ini.
Tuhan sudah menegurku dengan lutut bermasalah.
Supaya aku ingat kepada-Nya.
Menyediakan waktu untuk berbicara pada-Nya.
Dan ingat akan kematian yang akan datang.
Saat untuk kembali kepada-Nya.
Lutut ini
Menjadi penanda bagiku untuk taat pada-Nya
Sampai aku kembali ke rumah-Nya.
*
Samarinda, 17 Januari 2019
Anton
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H