Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sekeping Uang Logam di Pinggir Jalan

20 Desember 2018   05:34 Diperbarui: 20 Desember 2018   06:38 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : joehartanto.com

Kalau duit sudah banyak di dompet, banyak kali kita lupa akan datang masa sulit kelak. Kita membelanjakan uang dengan borosnya. 

*

Uang logam di pinggir jalan akan dilalui. Dipandang sebelah mata pun tidak. "Ah, cuma seratus. Untuk apa?" begitu sombong dan pongah.

*

Tapi waktu mata pencaharian menjadi lenyap dan penghematan menjadi pilihan, uang sekecil apa pun sangatlah berarti. Walaupun seratus rupiah dan berbentuk tak utuh sekali pun akan tetap bermanfaat.

*

Memandang ke jalan setiap ada kesempatan. Berharap uang kertas nominal tinggi yang ada. Namun, seandainya ada uang logam atau koin receh, tetap akan diambil dengan sukacita.

*

Sekeping uang logam di pinggir jalan akan menjadi sangat bernilai waktu kita berada dalam kondisi krisis ekonomi. Jadi hargailah nominal berapa pun yang Anda punya, karena biar bagaimana, tanpa seratus, uang Anda cuma sembilan ratus, belum seribu. 

*

Di kesenyapan pagi, 20 Desember 2018.

H.A

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun