Puisi | Datar itu Monoton, Kawan

1

Kawan, kenapa kau ingin hidup itu mulus-mulus saja? 

Kenapa kau ingin semua berjalan sesuai kehendakmu? 

Itu jelas tidak mungkin, mustahil.

Karena Tuhan tidak ingin kita menjadi kanak-kanak selamanya. 

Dia menguji kita supaya kita menjadi dewasa secara rohani. 

2

Ibarat filosofi lari, kalau kau lari di permukaan datar, maka hidupmu akan monoton, dari hari ke hari ya gitu-gitu saja. 

Ibarat siklus hidup : bangun, kerja, pulang, makan, tidur dan besok diulangi lagi siklus seperti itu. 

Bosan? 

Aku sih bosan dengan lingkaran aktivitas seperti itu setiap hari selama bertahun-tahun. 

3

Bertahun-tahun aku merasa 'nyaman' dengan datarnya permukaan tanah waktu kuberlari, sampai pada satu titik aku merasa kok aku tidak merasakan tantangan dalam berlari. 

Aku pun mengubah rute. 

Melewati dakian dan turunan. 

Melelahkan pada awalnya, namun ternyata aku menyadari, kalau ini membuat aktivitas lariku jadi lebih berwarna. 

Tidak datar saja. 

Dan aku pun bisa menyelesaikan dan merasa bahwa selalu ada tantangan baru setiap hari dengan rute berbeda. 

4

Begitu pula dengan hidup.

Kita tidak bisa mengatur hidup kita.

Tuhanlah yang mengaturnya. 

Kau ingin nyaman seperti pegawai?

Kamu yakin mereka tidak punya masalah?

Mereka punya masalah, kawan. 

Justru karena kedataran siklus hidup mereka, akan datang masalah mereka nanti, kelak waktu mereka pensiun atau di waktu mengalami musibah.

5

Mereka tahu hidup mereka datar dan membosankan, namun tetap saja mereka menjalani karena mereka pikir mereka tak punya pilihan lain. 

Mereka takut untuk mengambil langkah radikal untuk menggapai impian-impian mereka.

Aku yakin kau seorang yang punya komitmen dan keberanian besar untuk mengambil langkah besar maju ke depan.

6

Buatlah gebrakan, ambil langkah yang sesuai dengan hati nurani, tapi tidak bertentangan dengan firman Tuhan. 

Jangan ragu kalau memang kau menginginkan itu dengan sangat.

Kalau kau ingin perubahan, maka kau harus membuat langkah berbeda.

Karena ....

Datar itu monoton,  Kawan.