Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sudahlah!

13 Desember 2018   18:54 Diperbarui: 13 Desember 2018   18:56 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : lpmperspektif.com

Sudahlah! Untuk apa kau sewot dan meledak-ledak seperti itu! Kamu terlalu memanjakan anakmu sendiri. Pak Adi tidak bersalah. Aku sudah tanyakan pada Pak Adi dan murid-muridmu bagaimana persoalannya. 

Aku kan sudah bilang. Jangan terlalu lunak pada anakmu. Apa kamu belum pernah dengar kalau 'Keraslah pada anakmu, maka kelak dunia akan lunak padanya; Lunaklah pada anakmu, maka kelak dunia akan keras padanya'. 

Aku memang bukan lulusan FKIP, namun aku tau, apa yang kau lakukan ini tidak benar. Pak Adi tidak bersalah. Dia tidak pukul anak kita, atau menghukum fisik dengan menyuruh lari keliling lapangan. Dia hanya menegur Lia. Apa salahnya Pak Adi? 

Wajar kalau Pak Adi agak keras pada Lia. Aku sudah tanya Pak Adi perihal anak kita ini. Waktu Pak Adi tanya, "Kenapa tidak selesai membuat pr?", anak kita menjawab, "Sibuk. Banyak kerjaan di rumah."

Emangnya apa sih kesibukan Lia? Kau bebaskan dia main hape tanpa kenal waktu. Aku sudah peringatkan, tapi kau selalu bilang, "Aku tak mau mendidik Lia, seperti ibuku mendidikku dulu."

Emangnya apa sih yang ibumu dulu lakukan? Mencambukmu sampai berdarah-darah? Atau menyuruhmu menyetrika segunung baju? Setiap ibu mempersiapkan anak perempuannya supaya mandiri kelak dan tidak memalukan kalau menjadi istri.

Aku menikahimu karena kau mandiri, bukan hanya dilihat dari cantiknya saja. Aku takkan memilihmu sebagai pendamping hidupku kalau kau berkelakuan manja dan sedikit-sedikit mengadu pada orangtua kalau ada masalah keluarga.

Kau bilang tidak ingin memaksa Lia untuk disiplin belajar, dan juga tidak menyuruhnya bantu bersih-bersih rumah dan sekolah, karena tubuhnya ringkih dan penyakitan. Justru itu yang keliru! Seharusnya, latih tubuhnya. Ikutkan olahraga karate atau kegiatan outdoor lainnya, supaya dia tidak kuper dan badannya bisa sehat. 

Lah, kau malah membiarkannya pasif, di rumah saja. Ya sudah, jadilah Lia kuper, sedikit-sedikit tersinggung, mudah menangis dan sifat-sifat manja lainnya yang terus dipupuk.

Sudahlah! Hentikan proteksi berlebihanmu. Nanti waktu dewasa, kita tak mungkin melindunginya lagi. Sejak kecil, kita harus mendidik Lia menjadi perempuan tangguh yang tidak mudah menangis dan mengeluh. 

Karena, menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan. Perempuan tangguh ditempa oleh berbagai kesukaran, bukan kemudahan.

Jadi, sudahi proteksi berlebihanmu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun