Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Dia) Masih Ada?

11 Desember 2018   20:35 Diperbarui: 11 Desember 2018   20:49 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena ada urusan penting pada hari Jumat, 9 Desember 2018, saya harus pulang ke Balkpapan.

Karena sudah berjanji untuk bertemu teman SMP kalau pulang ke Balikpapan, maka saya memberitahu teman saya itu. Erick namanya.

"Woi, bro. Aku udah di Balikpapan nih."

"Ke rumahku, Ton. Kutunggu ya."

Saya pun segera meluncur ke rumahnya. Kebetulan tidak begitu jauh dari tempat tinggal kakak saya. 

Kakak saya, Abin, saya ajak, karena selain saya tidak terlalu hafal jalan, saya juga ingin ada seseorang yang menemani dan juga supaya kakak saya ini bisa kenal sama Erick. 

"Siapa tahu ada lowongan untuk Abin," pikir saya dalam hati.

Selain itu, saya juga ingin membuka wawasan saya akan masa depan yang akan saya tempuh. Saya ingin mendapat masukan dari teman saya ini. 

"Wah, udah lama ya kita gak ketemu," ujar Erick sambil mengisap rokok dalam-dalam.

"Iya. Sejak lulus SMP, tahun 1991 sampai 2018, berarti sudah 27 tahun! Luar biasa lamanya," kataku menimpali. 

Memang kesibukan dan beda kota yang membuat pertemuan sangatlah sulit terealisasi.

"Kamu tahu gak kalau suami si A dan B meninggal?" tanya Erick.

"Iya. Aku baca di fb group kita," jawab saya. 

"Ikutlah reuni, Ton. Kita gak tau sampai kapan kita hidup."

Kata-kata Erick ini menggedor hati saya. 

Pertanyaan Si E atau F atau G masih ada atau tidak sungguh sangat memiriskan. 

Hal-hal berikut ini timbul dalam pemikiran di benak saya. 

Pertama - Usia itu rahasia Tuhan

Kematian bukan monopoli orang lanjut usia. Batas usia mulai dari bayi sampai orang tua ada pada rahasia Tuhan.

Tuhan adalah penentu atas usia manusia.

Kita, manusia, akan kembali kepada-Nya. Tidak ada yang bisa mengelak dari saat kematian.

Memang kesedihan akan melanda, namun cepat atau lambat kita akan bertemu dengan orang-orang yang kita sayangi.

Kedua - Hidup itu adalah anugerah Tuhan, jadi jangan lupa berterimakasih kepada-Nya

Kadang kita lupa berterimakasih kepada Tuhan atas hidup yang sudah Tuhan anugerahkan kepada kita. 

Berdoa kepada Tuhan, mengucapkan syukur atas segala hal yang menyebabkan kita masih hidup sampai saat ini, merupakan hal yang sepatutnya kita lakukan, karena Dia yang menciptakan dan memberi kehidupan kepada kita.

Ketiga - Selama Tuhan masih memberikan kita kehidupan, berkaryalah semaksimal mungkin

Saya banyak melihat anak-anak muda yang menghabiskan waktu bermain game online.

Bukan mengisi dengan hal-hal bermanfaat seperti membaca buku atau menulis puisi, tapi mengisi hidup dengan hal-hal yang hanya memberikan kenikmatan sesaat tanpa hasil sama sekali.

Atau kalau mau lebih maknyus lagi adalah menggunakan hp untuk menghasilkan uang, misalnya dengan berjualan secara online lewat berbagai media sosial atau marketplace. 

Bisa juga menulis buku. Sekarang sudah sangat mudah menulis di hp dan menerbitkan lewat indie publishing atau menulis blog yang dimonetisasi dengan google adsense. 

* * *

Inti dari semuanya ini adalah selagi masih bisa bersilaturahmi, bertemu muka dengan teman lama, lakukan.

Karena tidak cukup hanya bertegur sapa lewat perpesanan singkat atau media sosial. Bertemu langsung tetap tak tergantikan sampai kapan pun juga.

'Keberadaan kita singkat adanya, jadi bertemulah secara langsung selagi bisa.'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun