Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Langkah itu sudah terhenti

15 November 2018   21:16 Diperbarui: 15 November 2018   21:21 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengingat masa-masa itu
Dimana langkah-langkah itu terdengar perlahan
Tertatih dan tertahan sebentar untuk tertatih kembali

Di awal aku merasa terganggu
Konsentrasi buyar karena suara ritmik tak beraturan
Namun setelah bunyi itu tak ada
Aku jadi merindukannya
Menantikan ketukan ringan penuh perjuangan di lantai

Langkah-langkah itu berasal dari seorang tua
Seorang laki-laki tua yang sekarang sudah tiada
Seorang ayah bagiku
Ayah yang menerimaku apa adanya
Walaupun aku tak pernah membawa rapor bagus namun beliau tidak pernah menuntutku untuk menjadi yang terbaik.

Asal kamu berikan yang terbaik, berusaha keras, itu sudah cukup buat ayah.
Asal kamu sehat, itu sudah cukup buat ayah.

Ayah yang begitu sederhana
Dia memang bukan ayah yang sempurna.
Dia punya banyak kekurangan
Tapi siapa sih yang tidak punya kekurangan?
Semua orang punya kekurangan
Tidak ada satu pun yang sempurna di dunia ini

Meskipun banyak kekurangan
Aku tidak melihat kekurangan ayahku
Bagiku, ayah tetaplah pahlawanku
Meskipun dia seorang yang kaku
Tidak pernah menyatakan kasih sayang lewat perkataan
Namun perbuatan-perbuatannya sudah mencerminkan kasih sayangnya untukku.

Perbuatan bicara lebih keras daripada perkataan.

Maafkan aku, Ayah
Sebagai anak, aku tidak bisa membahagiakanmu
Di saat terakhirmu
Aku tidak ada di dekatmu
Menemanimu di saat-saat terakhir
Aku cuma bisa berdoa
Supaya Tuhan memberikan kesehatan dan memberikan aku kesempatan untuk membahagiakanmu

Lima tahun sudah berlalu
Aku rindu menggenggam tanganmu
Tangan yang kisut karena usia tua
Bagiku, tangan itu yang memberikan aku alasan
Alasan kenapa aku harus berjuang begitu keras
Untuk membuatmu tersenyum
Karena bangga punya anak sepertiku

Paling tidak, aku sempat membuat ayah bangga

Tangan itu sudah tak bisa kugenggam kembali
Aku cuma bisa mengenang wajah ayah lewat foto kenangan waktu kita berfoto bersama sekeluarga

Namun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun