Mohon tunggu...
Abyudaya Nechallino
Abyudaya Nechallino Mohon Tunggu... Pemuka Agama - sedang bekerja sembari kuliah

Suka menari dalam bayangan , suka berbagi kamar pada musik, udah gitu aja sedang sibuk menjalani birokasi kampus.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gejolak Bisnis Sepatu Thrift yang Menguntungkan Namun Buntung bagi Brand Sepatu Lokal

17 April 2023   22:04 Diperbarui: 17 April 2023   22:12 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diagram 2.1 mengenai pernah tidaknya responden  dalam melakukan kegiatan thrifting. (Dokpri)

Latar Belakang

 Mengetahui pendapat para khalayak akan situasi yang terjadi saat ini tentang larangan produk impor second thrift yang beredar luas, pemerintah menindaklanjuti kegiatan agar para pengusaha lokal dapat lebih unggul dibandingkan produk impor yang digandrungi kalangan saat ini. Gejolak bisnis sepatu Thrift atau sepatu bekas memang menjadi tren baru di kalangan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang. namun bisa berdampak buruk bagi brand sepatu lokal, antara lain: Harga yang terjangkau: Sepatu bekas umumnya dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan sepatu baru. Hal ini menjadikan bisnis sepatu Thrift sangat menguntungkan bagi pengusaha karena dapat memperoleh keuntungan besar dari penjualan sepatu bekas dengan harga yang terjangkau. Kebutuhan fashion yang dinamis: Di era digital saat ini, trend fashion terus berkembang dan semakin cepat berganti. Terkadang beberapa konsumen ingin memiliki brand brand sepatu yang terkemuka dalam lingkup international seperti halnya brand sepatu Adidas, Nike, New Balence maupun Puma, dengan adanya tren sepatu bekas ini memungkinkan produk produk tadi menjadi lebih murah dibandingkan dengan membeli barang tersebut secara baru dari toko yang hanya bertujuan untuk mengikuti trend fashion yang hanya bertahan sebentar. Oleh karena itu, sepatu bekas menjadi alternatif yang lebih terjangkau bagi konsumen yang ingin tetap tampil modis tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Kualitas sepatu yang masih bagus: Banyak sepatu bekas yang masih dalam kondisi baik karena hanya digunakan beberapa kali atau bahkan tidak pernah dipakai sama sekali. Hal ini menjadikan sepatu bekas lebih menarik bagi konsumen yang ingin membeli barang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Namun, bisnis sepatu Thrift juga bisa berdampak buruk bagi brand sepatu lokal. Berikut adalah beberapa latar belakangnya. Persaingan yang tidak sehat: Bisnis sepatu Thrift bisa mengurangi penjualan sepatu lokal karena konsumen lebih memilih membeli sepatu bekas yang lebih murah daripada sepatu lokal yang harganya lebih mahal, mengapa demikian sebab desain dari sepatu merek luar lebih mudah untuk disukai oleh orang orang yang melihatnya seperti ketika konsumen yang menggunakan sepatu ini untuk sekedar jalan jalan santai dan tanpa sengaja orang tersebut tertarik dengan apa yang dimiliki konsumen yang memiliki sepatu tersebut dan terlebih  lagi jika orang melihat sepatu tersebut mengerti mengenai sepatu sepatu yang beredar di pasaran dan menandai konsumen tersebut paham/pandai dalam hal fashion dan termasuk ke orang yang mampu dalam hal materi dikarenakan sepatu merek luar dikenal sebagai sepatu yang mahal. Pengaruh terhadap citra merek: Sepatu bekas terutama bekas pemakain orang luar negeri sudah memiliki pandangan yang baik bagi masyarakat kita, baik sepatu itu kondisi tidak ada kecacatan maupun sebaliknya seperti warna yang tidak semencolok keadan barang tersebut masih baru di toko ataupun barang tersebut terkena noda kopi ataupun cat masih akan diterima oleh para peminat pasar thrifting ini, jika dibandingkan dengan sepatu lokal yang harga barunya mendekati dengan harga sepatu second tersebut yang kemungkinan memiliki beberapa kecacatan, mayarakat akan tetap memilih sepatu second tersebut sebab menurut segelintir orang orang dengan adanya sedikit kecacatan tersebut menambah nilai seni dari sepatu tersebut. Dampak terhadap lingkungan: Bisnis sepatu Thrift juga dapat mengurangi kesadaran konsumen terhadap dampak lingkungan dari produksi dan pembuangan sampah sepatu baru. Hal ini bisa mengurangi minat konsumen terhadap sepatu lokal yang diproduksi secara berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Penelitian ini Berangkat dari adanya pelarangan pemerintah dalam upaya memutuskan rantai import barang second, yang kerap dianggap telah merugikan pasar market dalam negri sehingga berakibat adanya ancaman krisis brand local. Seperti yang diketahui kegiatan bisnis thrifting belakangan tahun ini telah menyebar luaskan di setiap sudut wilayah Indonesia. Termasuk wilayah pulau Jawa Timur yang kini mempunyai aliansi penjual trifthing terbesar, termasuk kota Surabaya yang menjadi pusat barang trifthing, pagelaran barang trifting rutin di selenggarakan oleh aliansi bisnis trifthing  kota Surabaya. Sehingga sekarang ini para kawula muda enggan memilih koleksi pakaian dari brand local sendiri. Namun beberpa kawula muda turut memberikan jawaban, kenapa kian memilih trifthing dibanding dengan brand local.

HASIL PENELITIAN

Data Nama Respomden : 

pembahasan pertama yaitu mengenai nama profil responden dari 32 responden dimana menyangkut data pribadi responden yang sudah mengisi kuisioner mengenai bisnis sepatu Thrift  yang menguntungkan  namun buntung bagi brand sepatu lokal.. Berikut laporan nama responden:

  • Rizaldi
  • Saputra
  • Maulidya
  • Ilmi wahyuni
  • Fitriana
  • Agustian
  • Ridho ilahi
  • Novan
  • Adit recing
  • Saraya
  • Abel Audrey
  • Yasmine Maulidar Rahma
  • Adam Raynanda
  • Izza
  • Lollie
  • Hilda
  • Rizky
  • Maulana Hafizh
  • Fano
  • Shella monica
  • Roni wirawan
  • Dimas
  • Sugeng iriadi
  • Ibrahim
  • Riyan
  • Igos ramuni
  • Dinda listiani
  • Diego
  • Sofiya
  • Susi listiwati
  • Arum sari
  • Ifmibrahim
  • Roni ariadi

Umur 

Pembahasan kedua yaitu mengenai profil umur responden dari 32 responden dimana menyangkut data pribadi responden yang sudah mengisi kuisioner mengenai mengenai bisnis sepatu Thrift  yang menguntungkan  namun buntung bagi brand sepatu lokal. Berikut laporan umur responden.

 

Diagram di atas ini menunjukan bahwa persentase jumlah responden menurut  umur, umur 18 sebanyak 1, umur 19 sebanyak 2, umur 20 sebanyak 11, umur 21 sebanyak 4, umur 22 sebanyak 4, umur 23 sebanyak 3, umur 24 sebanyak 5, umur 25 sebanyak 2, umur 27 sebanyak 1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun