Mohon tunggu...
Hambali Batee
Hambali Batee Mohon Tunggu... -

saya lahir di sebuah desa di Aceh, besar dan tinggal di Aceh. Membantu rakyat kecil merupakan kewajiban bagi kita semua. Berjuang demi keadilan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Malala, Si Cabe Rawit Dari Pakistan

18 Juli 2013   11:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:23 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_275876" align="alignleft" width="300" caption="dok (tempo.co)"][/caption]

Masih ingatkah kita seorang gadis cilik yang berani bersuara untuk kemajuan pendidikan kaum perempuan di Pakistan? Gadis kelahiran 12 Juli 1997 tersebut adalah Malala Yousafzai. Malala dikenal dengan keberaniannya menentang pasukan Taliban Pakistan yang melarang anak perempuan untuk bersekolah.Dia seorang blogger yang gemar menulis kritikan untuk kemajuan pendidikan kaum perempuan. Ketika itu malala yang berumur 11 tahun pada tahun 2009 menulis tentang pemerintahan Taliban yang menyeramkan bagi kaum perempuan di Pakistan. Malala seorang aktivis cilik yang dibesarkan di kota Mingora di Distrik Swat dari provinsi Pakistan Khyber Pakhtunkhwa. Malala menulis keluh kesahnya di blog dibawah nama samara untuk BBC, dia menceritakan hari-harinya dibawah ancaman pemerintahan Taliban yang melarang pendidikan untuk kaum perempuan.

Ayah Malala adalah seorang penyair dan aktivis sekolah swasta, dia selalu mendorong Malala untuk menulis apa yang dia rasakan sehari-hari di blognya. Aktivis cilik itu telah mengoncang pemerintahan Taliban dengan suara penanya. Betapa marahnya Taliban ketika mengetahui kritikan tersebut sehingga Malala dijadikan sasaran untuk pembunuhan. Pakistan harus berbangga mempunyai seorang gadis cilik yang kritis untuk kemajuan negaranya. Kegigihan dan keberanian Malala akhirnya membawa dia ke puncak tenar, dia di undang oleh beberapa stasiun TV dan media cetak untuk wawancara, dia juga aktif dalam seminar tentang pendidikan. Dorongan orang tua menjadi motivasi buat dia untuk selalu berusaha agar perempuan di negaranya dapat merasakan pendidikan yang layak.

"Saya memiliki hak memperoleh pendidikan," katanya dalam sebuah wawancara tahun 2011 dengan CNN. "Saya punya hak untuk bermain. Saya punya hak untuk menyanyi. Saya punya hak untuk bicara. Saya juga memiliki hak untuk pergi ke pasar."

Pada tanggal 9 Oktober 2012 peluru Taliban mengenakan kepala dan leher Malala dalam sebuah bus sekolah ketika Malala dan kawan-kawan pulang dari sekolah. Malala menjalani masa kritis setelah Taliban menembaknya, setelah sembuh dari operasi tersebut kemudian Malala dikirim ke rumah sakit Queen Elizabeth di Birmingham di Inggris untuk rehabilitasi insentif.

Malala sekarang yang sudah sembuh kembali menjadi perhatian dunia di tingkat PBB. Beberapa hari yang lalu Malala di undang untuk berpidato di PBB di depan para tokoh dunia, sungguh mengharukan kehebatan dan keberanian Malala. PBB menetapkan tanggal 12 juli sebagai hari Malala. Malala sekarang menjadi tokoh dunia yang banyak memperoleh penghargaan. Dari kisah pahit Malala sehingga menjadi orang yang berpengaruh di tingkat dunia sudah di filmkan. Malala menjadi ikon pendidikan global yang di daulat oleh perserikatan bangsa-bangsa (PBB) untuk kaum perempuan. Kita berharap di Indonesia ada juga Malala yang berani bersuara untuk perubahan dan kemajuan bangsa agar Indonesia menjadi lebih baik.

"Mereka mengira bahwa peluru akan membungkam kita, tetapi mereka gagal," "Saudara saudara dan saudari-saudari, saya tidak sedang melawan siapa pun," "Saya bahkan tidak membenci Talib yang menembak saya. Bahkan jika ada pistol di tangan saya dan dia berdiri di depan saya, saya tidak akan menembaknya." Saudara saudariku, ingatlah satu hal, Hari Malala bukanlah hari saya. Hari ini adalah hari ketika semua perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, bersuara untuk hak mereka. Hari untuk ratusan aktivis HAM dan pejuang sosial yang tak hanya bicara untuk diri mereka tapi juga berjuang untuk mewujudkan perdamaian, pendidikan dan kesetaraan.

Pidato Malala di PBB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun