Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Temani Tiara Menanti Suaminya Pulang

28 November 2024   13:28 Diperbarui: 28 November 2024   13:30 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Tiara mampu duduk memangkuku berjam-jam di teras rumah ini sambil menanti suaminya pulang kerja. Kadang dia sambil bercerita tentang bagaimana dulu dia bertemu Mas Andhika untuk pertama kalinya. Kadang juga dia memelas padaku bahwa dia selalu merindukan Mas Andhika di setiap detik kehidupannya. Aku mendengarkannya dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk mengerti.

"Tiara, lekas masuk rumah, di luar mulai gelap!" perintah ibunya Tiara.

"Aku masih nunggu Mas Andhika pulang, Bu," sahut Tiara lembut.

"Masmu itu enggak akan pernah pulang, dia sudah kawin lagi." Ketus ibu Tiara.

"Mas Andhika sangat mencintaiku, Bu. Enggak mungkin dia nikah lagi, iya kan, Put?" Tiara menolehkan wajahnya padaku.

"Hallah! Pat put pat put. Buang saja sana si p\Puteri itu!" ibu Tiara merebut tubuhku dari pangkuan Tiara dan melemparkanku ke tong sampah.

"Puteri!" teriak Tiara dan memungut dan menggendongku kembali dari tong sampah.

Seperti kehabisan kesabaran, ibunya menyeret Tiara ke dalam rumah. Di dudukannya Tiara di kursi ruang tengah. Dengan gigi bergemeletuk dan mata melotot ibu Tiara bersaha menyadarkan logika anaknya.

"Walau kamu enggak bisa hamil lagi dan ditinggal Andhika, bukan berarti kamu harus gila dan terus memelihara boneka ini sebagai puterimu, Tiara." Gemas ibu Tiara menjelaskan dan memelintir kepalaku hingga terlepas. Ibu Tiara membakar kepalaku utuh-utuh.

Tiara menjerit dan menangis. Aku yang dibeli untuk mainan anak perempuan yang seharusnya lahir menjadi puteri pertama Tiara, kini koyak dan tanpa kepala. Maafkan aku Tiara, tak mampu membantumu apa-apa. Semoga hancurku adalah sembuhmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun