Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menjadi Perantara antara Suami dan Ibunya

11 Mei 2024   17:06 Diperbarui: 12 Mei 2024   17:03 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menantu dan ibu mertua sedang bercengkrama.(Dok. Shutterstock/Creativa Image via kompas.com)

Memiliki relasi yang terjalin baik dengan mertua merupakan anugerah terindah dalam sebuah hubungan keluarga yang terkait sebab pernikahan. Tidak sedikit yang tersebar hubungan buruk antara menantu dan mertua, terutama menantu perempuan dan ibu mertuanya. Entah ibu mertua yang semena-mena atau menantu perempuan yang tidak pengertian.

Hampir setiap konflik menantu dan mertua perempuan yang terekspos di media sosial, selalu ibu mertua yang terpojokkan. Kesannya ibu mertua galak dan tidak mengasihi. Padahal tidak menutupi kemungkinan juga ada para istri yang tidak memberi pengertian kepada suami untuk mengasihi dan berbakti pada ibunya.

Saya pribadi tinggal jauh dengan mertua. Saya di Maluku sedangkan mertua berdomisili di Pulau Jawa. Sangat jarang berjumpa, bahkan bisa bertahun-tahun lamanya baru bisa berjumpa kembali. Tetapi jarak tidak menyurutkan kami untuk tetap terhubung melalui komunikasi elektronik.

Sebagai menantu, saya dapat bersaksi bahwa mertua saya merupakan pasangan mertua ideal dan sangat pengertian. Tidak ada satu hal pun yang dituntut dari seorang menantu seperti saya. 

Bagaimana itu semua dapat terjalin? Tentu peran suami adalah yang paling menentukan kedudukan istri di hati kedua orangtuanya. Juga sebaliknya, peran suami pula dan menjadikan orangtuanya tetap terhormat di mata dan hati saya.

Menjadi perantara antara suami dan ibunya

Sejak tahun 2014, bapak mertua saya telah tiada. Sejak itu, tinggal ibu mertua yang menjadi sosok orangtua bagi suami. Orangtua satu-satunya inilah yang akhirnya menjadi fokus untuk dikasihi dan dihormati.

Tinggal jauh antara Maluku dan Jawa bukannya perihal mudah. Ada rasa rindu, tidak leluasa memberi dan lain sebagainya.

Dalam keterbatasan yang disebabkan oleh jarak, justru suami menjadikan saya perantara antara dia dan ibunya. Ketika melakukan panggilan telepon atau panggilan video, suami meminta saya yang melakukannya dari perangkat telepon genggam saya. Atau pun menggunakan telepon genggam suami, tetap saya turut ada saat melakukan panggilan telepon dan video. Sehingga saya seolah menjadi perantara terhubungnya antara suami dan ibunya.

Dengan menjadikan istri sebagai perantara koneksi antara suami dan ibunya, maka posisi istri bukanlah sekat yang memisahkan suami dan ibunya. Banyak kasus seorang suami jadi sulit terhubung dengan ibunya setelah menikah. 

Sebab suami terlalu sibuk dengan rumah tangga. Suami saya tidak mau itu terjadi. Justru jika adalah perlu dengan ibunya, saya diturutsertakan dalam komunikasi.

Jika suami pulang kampung sendirian tanpa saya, di saat itu pula suami sampaikan kepada mertua bahwa saya dengan Ikhlas memberi izin padanya untuk menjenguk ibunya. 

Awalnya saya tidak mengetahui ini, saya tidak tahu bahwa suami saya menyampaikannya. Sebab bagi saya kerelaan itu tidak untuk diungkit ada disebarluaskan. 

Tetapi ibu mertua sendiri yang mengatakannya pada saya dalam saluran telpon. Beliau berterima kasih bahwa tidak mempersulit putranya untuk menjenguk orangtua.

"Matur suwun, yo, Ndhuk. Wis lilo ditinggal bojomu kanggo nyambangi emak e," ujar ibu mertua dalam saluran telepon.

Di sini, suami menjadikan posisi saya sebagai penghubung. Kerelaan saya melepas suami untuk pergi menjenguk orang tua adalah penghubung antara suami dan ibunya dapat berjumpa.

Memberi atas nama menantu

Sering mendengar kasus anak lelaki setelah menikah akan sulit memberi orangtuanya sebab istri tidak mengizinkan. Atau sebaliknya, ibu akan sangat cemburu ketika anak lelakinya membelikan sesuatu untuk istrinya. Fenomena ini sebenarnya adalah pusat kehancuran hubungan menantu mertua.

Bagi seorang mertua harus dipahami bahwa putranya telah memiliki tanggung jawab yaitu menafkahi anak dan istrinya. Maka seorang ibu tidak dapat semena-mena mengatur keuangan putranya. 

Begitupun mindset seorang menantu, harus dipahami bahwa suami adalah anak lelaki yang selamanya harus berbakti pada ibunya. Bahkan seorang anak lelaki tetap memiliki tugas menafkahi orang tua sekuat dan semampunya.

Suami selalu menjadikan saya sebagai perantara jika hendak memberi atau mengirimkan sesuatu untuk ibunya, misalnya mentransfer uang. Bahkan memberi atau mengirim sesuatu atas nama istrinya. Jadi, sayalah yang selalu mentransfer dan mengkonfirmasi bahwa uang telah dikirim, walau uang itu adalah pemberian suami atau putra ibu mertua. 

Hal ini bertujuan untuk memberi kesadaran bahwa tidak ada yang saling ditutupi. Sehingga ibu mertua mengetahui bahwa uang yang dikirim putranya itu diketahui istrinya, bukan mengirim dengan sembunyi-sembunyi. Atau bahkan ibu mertua berpikir bahwa sayalah yang selama ini mengirim uang. 

Dari pihak perasaan istri pun merasa dihormati sebab dipercaya untuk menjadi perantara. Jika terbuka seperti ini akan terasa sama-sama enak di hati.

Ibu mertua juga biasanya memastikan istri dan anak-anak putranya tercukupi terlebih dahulu. Tidak jarang ibu mertua menanyakan hal tersebut ketika kami berada dalam saluran telepon. Mungkin beliau khawatir jika mengirim uang kepada beliau akan membuat kami kekurangan.

Kesan untuk ibu mertua

Ibu mertua adalah seorang wanita yang tidak menuntut apa-apa terhadap putranya dan saya. Tidak pernah membanding-bandingkan satu menantu dengan menantu lainnya.

Ibu mertua selalu mendoakan saya dan karier. Selalu mendoakan agar kerjaan saya lancar, naik pangkat, rezeki lancar dan dapat menunaikan ibadah haji. Doa itu sering saya dengar setiap kami terhubung dalam saluran telepon. Doa itu mampu memompa semangat dan menjadikan diri optimis. Doa yang sama dilantunkan oleh ibu kandung saya sendiri.

Ibu mertua juga tidak segan untuk memberi seperti ibu kandung saya sendiri. Terdapat beberapa benda kenang-kenangan yang diberi oleh mertua dan masih saya simpan hingga sekarang. Seperti kain jarik, hijab dan perhiasan emas.

Intinya, keharmonisan menantu perempuan dan ibu mertua itu selain tergantung mindset masing-masing, juga peran suami yang mampu menyatukan jarak antara dua wanita itu. 

Suami harus mampu menghapus kecemburuan ibu dan istri untuk mendapatkan kasih sayang dan hak-haknya. Demikian sekilat tentang saya dan ibu mertua yang saya disyukuri selama ini baik-baik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun