Sudah lumrah seseorang akan sangat kesal memiliki pasangan yang sering marah-marah. Bahkan saat marah bisa mengomel berjam-jam, mengungkit-ungkit kesalahan dan dengan segenap tenaga menumpahkan semua emosinya. Mungkin perlakukan itu akan menyakiti secara verbal, tetapi kebiasaan silent treatment tidak kalah menyakitkan walau sifatnya non-verbal.
Silent treatment sendiri adalah sikap mendiamkan orang lain saat marah dan memiliki masalah. Sikap ini dimiliki orang orang-orang yang biasanya tidak suka berdebat dan lebih suka memendam perasaan sendirian.
Bagi seseorang yang melakukan silent treatment dalam sebuah hubungan asmara saat bermasalah, biasanya disebabkan ingin menenangkan diri dulu. Bisa jadi orang tersebut terlalu lelah dengan masalah yang menimpa, itu sebabnya tidak mampu lagi untuk berkata-kata. Baginya, diam adalah suatu ketenangan untuk rehat dulu dari permasalahan asmara, tetapi bagi pasangannya bukanlah suatu ketenangan yang didapatkan. Bagi pasangan yang didiamkan akan mengalami kebingungan dan hilang arah. Pertanyaannya tidak terjawab, permasalahannya tidak terselesaikan, amarahnya terpendam. Apalagi sampai menghilang dan tidak meninggalkan kabar dalam jangka waktu tertentu.
Perilaku silent treatment bukanlah jalan menyelesaikan masalah, justru masalah terancam semakin larut dan berkepanjangan. Masing-masing pasangan tidak akan terbuka dan tidak akan mampu memahami di mana kesalahan masing-masing sebab komunikasi yang tidak baik dari sebuah silent treatment.
Memperpanjang masalah
Dalam kondisi pasangan melakukan silent treatment dalam sebuah permasalahan, maka tidak akan ada komunikasi yang baik. Masing-masing pasangan tidak memahami dengan pasti apa yang diinginkan oleh pasangannya sehingga permasalahan terjadi. Korban silent treatment hanya dapat mengira-ngira apa salahnya, apa masalahnya dan apa yang harus dilakukannya.
Sebab tidak ada pembicaraan sebagai penyelesaian masalah, justru sikap silent treatment akan memperpanjang konfik yang ada. Setelah pasangan kembali menyapa dari silent treatment, bukan berati masalah telah usai, bukan? Justru di saat itu, masalah akan dibahas lagi untuk sebuah penyelesaian. Andai tidak melakukan silent treatment pasti masalah telah usai sejak awal.
Hubungan kandas
Silent treatment dapat berakibat fatal hingga berakhirnya sebuah hubungan. Masih baik jika pelaku silent treatment kembali kepada kekasihnya dan mereka masih lanjut mengulas masalah. Dengan begitu masalah akan terselesaikan walau sempat mengambang berkepanjangan akibat sebuah silent treatment.
Tetapi jika saat pelaku silent treatment kembali dan ternyata menemukan fakta kekasihnya sudah berubah perasaannya sebab terlalu sakit didiamkan, maka hubungan terancam kandas. Begitupun sebaliknya, bisa jadi terlalu lama silent treatment, terlalu nyaman diam dan sendiri, maka pelaku lupa untuk kembali. Jelas hubungan tidak dapat dilanjutkan lagi dan meninggalkan masalah yang menjadi misteri.
Saat silent treatment, perasaan terancam berubah dari cinta hingga tak ada rasa. Jadi berhati-hatilah, jika masih ingin membina hubungan, komunikasikan baik-baik.
Bertahan dengan hubungan toxic
Jika pasangan berkali-kali melakukan silent treatment setiap ada masalah, maka permasalahan itu tidak akan pernah selesai dengan segera. Ada masalah yang penyelesaiannya tertunda sebab silent treatment, ada masalah yang juga bahkan tidak terselesaikan. Masalah bisa saja dilupakan selama silent treatment.