Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teruskan Pesan WhatsApp Dahulu, Guru Dapat Sertifikat Kemudian

10 Januari 2024   10:11 Diperbarui: 10 Januari 2024   10:19 2532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru mengikuti pelatihan daring (dokumentasi pribadi)

Mengapa kuantitas peserta lebih penting daripada kualitas pengetahuan baru yang didapat oleh peserta seminar daring tersebut? Jatuhnya dapat diistilahkan "teruskan pesan dahulu, dapat sertifikat kemudian".

Bukan agen perubahan tetapi agen kolektor sertifikat

Guru yang bijak, hanya akan mengikuti pelatihan daring sesuai dengan kebutuhan dan memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan ilmu yang telah didapat di lingkup sekolah. Bukan guru yang hanya menumpuk sertifikat dan bahkan tidak mengikuti pelatihan daring dengan maksimal.

Mungkin menumpuk sertifikat memang menguntungkan untuk kredit kinerja guru, tetapi perlu diimbangi dengan implementasi yang berimbas di sekolah atau kelas. Tujuan pelatihan yang sesungguhnya adalah bagaimana guru menerapkan pemahamannya kepada sasaran yaitu siswa.

Jika kasusnya oknum guru hanya bertujuan mengoleksi sertifikat demi administrasi kelola kinerja belaka, tentu ilmu dari materi pelatihan tidak berimbas kepada sasaran.  Jika seperti ini, pelatihan hanyalah ajang berbondong-bondong mengoleksi sertifikat. Fokus guru berubah, bukan sebagai agen perubahan, tetapi sebagai agen kolektor sertifikat.

Bisnis sertifikat

Beberapa penyelenggara pelatihan menawarkan pelatihan gratis. Hanya dengan syarat follow beberapa akun penyelenggara dan sponsor, juga meneruskan informasi pelatihan ke beberapa grup WhatsApp saja. Tetapi untuk menebus sertifikat, peserta diminta untuk membayar sejumlah uang. Tidak banyak nominal uang yang diminta, hanya sekitar puluhan ribu saja. Coba kalkulasi jika puluhan ribu dikali ratusan hingga ribuan peserta. Jumlah sebanyak itu hanya untuk menebus sertifikat dengan format PDF.

Tidak semua penyelenggara meminta uang tebusan untuk sertifikat peserta. Tetapi tahukah bahwa mereka telah merekam informasi identitas pribadi peserta sewaktu pendaftaran. Dari nama, instansi kerja, nomor HP dan lain-lain. Mereka leluasa untuk menjual data pribadi tersebut. Tidak khawatirkah? Jangan heran jika tiba-tiba ada nomor asing yang menelpon dan mengenali nama Anda serta instansi kerja Anda dan informasi lainnya. 

Yang lebih parah lagi, ada agen jual beli sertifikat di dunia maya. Harga yang ditawarkan murah meriah. Dengan 100.000 rupiah saja dapat 3 sampai 5 sertifikat tanpa pelatihan apapun. Sungguh fenomena yang mengerikan.

Sebagai seorang guru yang memang membutuhkan sertifikat sebagai validasi bahwa pernah upgrade ilmu/diri. Maka perlu sebijak mungkin dalam memilih pelatihan yang hendak diikuti.

  • Pastikan penyelenggara adalah lembaga yang kredibel agar sertifikat yang diterbitkan memiliki nilai yang valid.
  • Pastikan narasumber adalah orang yang ahli dan menguasai bidang dengan menilik CV miliknya.
  • Mendaftar pelatihan daring sesuai kebutuhan dan kemampuan. Tidak mementingkan kuantitas tetapi kualitas.
  • Ikuti pelatihan daring dari awal hingga selesai dengan tuntas.
  • Ikuti pelatihan yang mengutamakan kehadiran di ruang virtual dengan peserta terbatas agar benar-benar terkontrol oleh penyelenggara. 
  • Implementasikan ilmu yang didapat kepada sasaran atau ditulis dan dibagikan agar ilmu tidak berhenti pada diri.

Semoga, Bapak/Ibu Guru lebih peduli lagi dan mendahulukan kualitas pelatihan dan sertifikat daripada kuantitas banyaknya sertifikat yang didapat. Imbangi antara bukti berinovasi dengan tindakan aksi nyata dalam implementasi kepada sasaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun