Pembelajaran hemat energi sudah dipelajari sejak Sekolah Dasar (SD). Bahkan saat ini materi hemat energi dipelajari di kelas 3 SD pada salah satu tematiknya. Harusnya semua orang sudah pernah diedukasi terkait hemat energi ini. Sayangnya, tidak semua orang mampu mengimplementasikannya.
Dalam peran berperilaku hemat energi tidak perlu melihat yang besar, luas dan jauh seperti terjadinya perubahan iklim dan global warming. Coba tilik kembali pada diri dan tempat tinggal yaitu rumah. Sudahkan berperilaku hemat energi di rumah?
Secara umum, jika mengulas soal hemat energi di rumah adalah terkait penggunaan listrik dan bahan bakar. "Ah, saya sudah mematikan lampu saat pagi, saya sudah hemat energi." Benar, mematikan lampu yang tidak dibutuhkan memang sudah menanamkan perilaku hemat energi. Tetapi bagaimana dengan penggunaan gas, bahan bakar kendaraan, penggunaan air dan penggunaan alat elektronik?
Yuk, kita perhatikan hal-hal sederhana yang ternyata dapat menghemat energi jika diterapkan di rumah. Sejatinya hemat energi dimulai dari diri, barulah lebih meluas lagi.
Menjemur pakaian di bawah sinar matahari
Belakangan, banyak orang menggunakan mesin mengering setelah mencuci pakaian. Ini adalah cara praktis untuk menghindari kelelahan. Saya sendiri sempat melakukannya bertahun-tahun lamanya. Tidak ada yang salah dengan penggunaan mesin pengering, tetapi ketahuilah bahwa mesin pengering pakaian sangatlah boros energi listrik.
Pada umumnya, mesin pengering yang ada pada mesin cuci pakaian itu menggunakan daya 2000 sampai 3000 watt. Kebutuhan daya mesin pengering bahkan 10 kali lipat dari kebutuhan daya televisi.
Untuk penduduk Indonesia yang berbeda dengan aturan di Amerika yang memberlakukan larangan memasang tali jemuran, rasanya menjemur pakaian di bawah sinar matahari mampu menghemat energi listrik yang efektif. Toh di Indonesia boleh-boleh saja memasang gantungan jemuran.
Energi dari sinar matahari gratis dan mampu menghemat energi daya listrik di rumah. Selain hemat energi dan uang, mengeringkan pakaian dengan sinar matahari juga memperpanjang umur pakaian dibandingkan menggunakan mesin pengering.
Beberapa waktu terakhir, saya menjemur pakaian setelah mencucinya dari mesin. Sudah beberapa bulan terakhir saya tidak menggunakan mesin pengering. Apalagi di musim kemarau seperti sekarang. Waktunya hemat daya listrik dan memanfaatkan daya sinar matahari saja untuk mengeringkan pakaian. Coba jadikan ini habit walau sederhana.
Memanfaatkan air bekas mencuci
Sebenarnya kini saya tinggal di desa. Memiliki sumur sebagai sumber air yang layak dan baik. Di musim kemarau pun sumur tetap mengeluarkan air jernih dan cukupi kebutuhan. Jika saya menghemat air, mungkin tampak berlebihan.
Tetapi air dapat sampai ke penampuangan itu bukanlah ditimba manual. Air itu mengalir juga menggunakan mesin pompa air, bukan?
Air bekas cucian pakaian yang keluar dari corong mesin cuci ditampung kembali di ember-ember. Biasanya air ini saya gunakan kembali untuk mencuci atau membersihkan toilet. Air bekas mencuci pakaian itu saya gunakan untuk membasahi bagian-bagian yang kotor pada toilet, kemudian digosok hingga akhirnya disiram dengan air bersih.
Dengan begitu, saya cukup menggunakan air bersih pada bilasan terakhir saja saat membersihkan toilet. Ternyata air bekas cuci pakaian dapat menghemat air dan listrik. Mungkin ini sangat sederhana tetapi habit ini bisa dicoba.
Tidak mengisi daya ponsel semalam suntuk
Biasanya malam hari adalah waktu orang-orang mengisi daya ponsel setelah seharian digunakan. Saat diisi daya malam hari itu sering sekali ditinggal tidur dan dilepas ketika pagi harinya.
Ada charger ponsel yang dapat menghentikan penarikan daya ketika daya ponsel penuh 100%. Tetapi tidak semua charger memiliki fitur atau kemampuan seperti itu. Terdapat banyak charger yang tetap menarik daya walau daya ponsel penuh. Tipe charger seperti ini tidak disarankan untuk ditinggal semalam suntuk. Akan terdapat overcharge pada ponsel. Bukan hanya berisiko boros daya, juga berisiko kerusakan pada baterai ponsel.
Saya sendiri sudah lama tidak mengisi daya ponsel pada malam hari dan membiarkannya hingga pagi. Saya selalu mengisi daya pagi hari saat bangun tidur sekitar pukul 05:00, kemudian mencabut charger pukul 06:45 saat berangkat kerja. Mulailah mencoba habit hemat energi ini walau sangat simple.
Jalan kaki untuk jarak tempuh dekat
Pemandangan kendaraan antre bahan bakar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sangat familiar belakangan ini. Baik sepeda motor dan mobil berjejer serabutan di depan SPBU. Ini mengisyaratkan bahwa penggunaan kendaraan bermotor sudah menjadi kebutuhan bukan hanya di kota tetapi juga di desa seperti tempat tinggal saya.
Menggunakan kendaraan bermotor sudah menjadi kebutuhan primer untuk saat ini. Apalagi pekerja dengan jarak tempuh kantor jauh seperti saya. Setiap hari saya menempuh kurang lebih 24 km pulang pergi menggunakan sepeda motor sebab minim kendaraan umum di pedesaan.
Maka saya siasati berjalan kaki untuk jarak tempuh yang dekat. Kalau hanya sekadar ke warung, ke rumah saudara dan ke tempat lain dengan jarak tempuh di bawah satu kilometer, saya memilih untuk berjalan kaki saja. Selain hemat energi, jalan kaki juga dapat sekalian dijadikan olahraga. Coba biasakan habit jalan kaki walau hanya sedikit bahan bakar yang digunakan saat hendak ke warung jika menggunakan kendaraan bermotor.
Demikian beberapa kebiasaan sederhana yang kemudian menjadi habit dalam hidup saya. Kita mulai dulu dari diri sendiri dan dari habit yang paling sederhana. Kemudian barulah kita membawa diri untuk hemat energi ke lingkup yang lebih luas lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H