Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pengalaman Menikmati Panganan Lokal Pesisir Pulau Buru Saat Bertugas

17 Oktober 2023   13:53 Diperbarui: 18 Oktober 2023   11:20 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tekstur embal cukup keras, itu sebabnya embal dapat bertahan lama dalam suhu ruang. Embal yang keras dikonsumsi bersama kuah ikan kuning yang lezat. Ketika embal sudah dicucuri kuah ikan kuning maka embal akan melunak dan dapat dimakan sebagaimana makan nasi.

Uniknya lagi, jika pagi-pagi belum ada masakan ikan kuah kuning, embal dapat dimakan dengan cara dicelupkan di dalam segelas teh hangat seperti sarapan kue. Saya melakukannya ketika diberi embal di tempat tugas lalu.

Bagi saya, embal itu layak menjadi pengganti nasi. Sesama mengandung karbohidrat dan sama mengenyangkan. Ketika saya memakan embal, saya merasa sudah cukup, tidak perlu tambahan nasi. Jadi perut saya setuju dengan warga pesisir yang menjadikan embal sebagai pangan lokal.

Sagu lempeng panganan lokal

Sagu sudah sangat familiar sebagai bahan pangan dari Maluku. Yang paling popular berbahan sagu  adalah makanan papeda. Di pesisir Pulau Buru, papeda tetap menjadi primadona sebagai pangan lokal. Olahan sagu bukan hanya itu, tetapi lebih variatif lagi.

Mungkin kalau di perkotaan terdapat banyak menu-menu olahan sagu yang sudah modern. Seperti rainbow sagoo, cinnamon cookies sagoo dan lain-lain. Sedangkan di pesisir olahan sagu lebih sederhana tetapi tetap super lezat.

Salah satunya adalah sagu lempeng. Panganan berbahan sagu dan berbentuk lempengan-lempengan ini diolah dengan cara dipanggang atau kalau orang pesisir menyebutnya dibakar. Terdapat beberapa macam lagi sagu lempengan ini. Ada sagu lempeng tawar dan ada yang manis dengan isian gula merah.

Sagu lempeng yang tawar biasanya dimakan dengan seduhan teh hangat. Sagu lempengan dicelupkan ke dalam segelas teh hangat yang segar. Biasanya sagu lempeng dan teh hangat ini untuk sarapan.

Sedangkan sagu lempeng yang berisi gula merah, terksturnya lebih lembut. Tidak sekeras sagu lempeng yang tawar. Manis dari gula merah dan gurihnya sagu campur kelapa adalah paduan yang nikmat.

Mengkonsumsi pangan berbahan sagu ini cukup mengenyangkan. Sehingga dapat dijadikan makanan pokok lokal. Tumbuhan sagu juga masih sangat melimpah. Harga bahan mentahnya juga tidak terlalu mahal. Saya pernah membelinya, satu tumang hanya merogoh kocek 50 ribu rupiah. Tumang adalah wadah tepung sagu yang dianyam dari daun sagu. Lumayan banyak, bisa untuk kebutuhan pangan sebulan.

Tepung sagu juga dapat awet seperti beras walau tanpa bahan pengawet. Jadi aman kalau beli satu tumang untuk sebulan. Itung-itung untuk selingan makan nasi. Lagi pula nilai gizinya tidak kalah dari nasi juga. Sagu mampu mencukupi kebutuhan tubuh agar tetap berenergi.

Singkong dan sagu di Maluku cukup banyak dan mudah tumbuh. Dari pengalaman tinggal di pesisir saya rasa sangat direkomendasikan memanfaatkan bahan makanan lokal tersebut sebagai alternatif pengganti nasi demi tepis krisis pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun