Itu adalah pemahaman yang keliru. Guru bukanlah sosok pencipta atau pembentuk. Ternyata guru adalah sosok yang menuntun ke mana minat, bakat dan tujuan anak. Ketika anak tiba di sekolah bukanlah ibarat kertas kosong. Bukanlah anak baru lahir yang belum pernah hidup. Di mana mereka telah mampu melihat, mendengar, berbicara, dan merasakan segala peristiwa yang dihadapi. Dari seluruh kemampuan yang anak miliki itulah tugas guru untuk memperkaya dan mengembangkan kemampuan mereka.
Dengan nilai berpihak pada murid dan terus berinovasi maka guru akan mampu membawa/menuntun anak menuju arah yang diinginkan atau impikan. Jika guru tetap menerapkan ego dan bertindak sebagai membentuk seutuhnya, maka murid akan tetap membatu atau bahkan akan keluar jalur kodratnya. Yang dapat dipastikan mereka tidak akan bahagia dan merasa terjajah. Jauh dari rasa Merdeka.
Penerapan ke depan sebagai guru penggerak yang memahami filosofi pendidikan nasional
Dengan pemahaman bahwa guru bertugas menuntun kodrat anak untuk mencapai tujuannya, maka perlu diperbaharui agar pembelajaran lebih tepat sasaran lagi. Bukan semata tentang objective of learning atau sesuatu yang diseragamkan, tetapi lebih memahami bahwa anak-anak ini beragam dengan segala keunikkannya.
Menuntun mereka pada kodratnya melalui nilai pembelajaran yang berpihak pada murid adalah jalur paling tepat untuk membersamai mereka mencapai tujuannya. Ke depannya sudah tentu tidak berhenti berinovasi karena perubahan tidak pernah berhenti. Hal baru sudah terbukti memotivasi anak dalam kaingintahuannya dalam belajar dengan catatan sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.Â
Berharap mampu berkolaborasi lebih luas lagi dengan berbagai pihak agar dapat mewujudkan visi dan misi lebih jauh lagi karena di sadari bahwa pendidikan tidak dapat ditangani oleh sepasang tangan saja. Tidak luput juga penerapan nilai reflektif yang membawa guru untuk menyadari bahwa hasil refleksi pasti akan membawanya lebih maju lagi dalam perbaikan-perbaikan.
Demikian ulasan mengenai filosofi pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara yang memiliki konektivitas terhadap nilai dan peran guru penggerak. Semoga bermanfaat, semangat dan salam guru penggerak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H