Untuk perempuan mapan dalam pekerjaan dan memiliki pasangan yang tidak kurang materi juga kasih sayang, biasanya trauma masa lalu menjadi penyebab tertarik pada lelaki yang tidak seharusnya. Trauma soal hati, perasaan, dan jatuh cinta, tidak semudah trauma jatuh dari pohon jambu untuk menyembuhkannya.
Trauma masa lalu soal pelecehan terhadap perempuan mengakibatkan timbulnya ketidakpercayaan perempuan terhadap seorang lelaki. Ketidakpercayaan ini timbul dalam membina sebuah komitmen dengan seseorang.
Pelecehan bukan hanya berbentuk sentuhan yang identik dengan seksual saja, pelecehan dapat berupa pelecehan verbal juga. Misalnya pelecehan di masa lalu dalam bentuk body shimming. Badan kayak badak, gigi kayak manusia purba, dan celaan-celaan secara verbal lainnya. Hal ini dapat menimbulkan trauma yang mendoktrin pikirannya bahwa lelaki hanya memandang fisiknya saja. Ketika dewasa, mapan dan fisik dapat terawat dengan baik, banyak yang mengagumi, di situlah celah untuk penderita masuk dalam jeratan cinta terlarang.
Tentu itu terjadi bukan suatu  kesengajaan. Kalau dipikir-pikir, segala sesuatunya sudah tercukupi, mengapa masih terjerat juga? Trauma pernah menerima melecehan itulah yang menimbulkan perasaan dendam yang membutuhkan pembuktian pada diri sendiri yang biasanya terjadi di luar kendali.
Nyaman pada yang selalu ada
Merasa nyaman pada sosok yang selalu ada di hadapan, inilah perempuan yang amat sangat rentan terjerumus cinta terlarang dengan rekan kerja.Â
Pada umumnya perspektif untuk para wanita karir yang super sibuk adalah watak workaholic. Kerja, kerja dan kerja. Secara umum hampir semua orang memandangnya soal kerja dan materi. Mereka lupa memandang soal hati.
Sekerja bagai kuda apapun, perempuan itu menomor satukan perasaan. Sekeras apapun, jika hati tersentuh, pasti luluh. Siapakah yang paling memiliki peluang untuk menyentuh hati wanita kantoran? Apakah suami yang berbeda profesi? Ayah ibunya yang bahkan tidak paham pekerjaan anaknya? Sahabat yang belum tentu sebulan sekali bertemu? Tentu bukan, rekan kerja sekantorlah yang paling memiliki potensi menyentuh hatinya. Hal ini terjadi karena rekan sekantorlah yang paling paham seberapa lelah dia, bagaimana menumpuknya pekerjaan, bagaimana lelahnya mengejar target hingga lembur bersama.
Untuk perempuan yang berada dalam keluarga dan pertemanan yang hanya memandangnya pekerja, kuat dan mandiri tanpa pernah mengerti soal hati. Rekan kerja adalah tempat ternyaman untuk mengadukan segala letih. Posisi ini sangat berbahaya dan besar kemungkinannya untuk terjadi saling curhat, nyaman dan jatuh hati.
Risiko di tempat kerja
Memiliki skandal di tempat kerja sungguh berisiko fatal. Bukan akan hanya ditanggung sendiri akibatnya, tetapi akan menarik siapa saja yang terkait. Rekan kerja, atasan, bawahan, semua akan turut terlibat.
Bukan hanya semata-mata soal citra belaka. Jika hanya soal citra, kantor dapat meningkatkan kualitas kerja. Tetapi untuk kantor yang tidak mau ambil andil lebih tentang skandal, maka pemecatan akan menjadi risiko terfatal. Apalagi jika pelaku bukan orang yang berpengaruh, kantor tidak akan merasa kehilangan. Dengan mudah kantor akan cuci tangan membersihkan kasus.
Itu baru satu risiko di tempat kerja. Belum lagi risiko dalam keluarga, lingkungan dan lain sebagainya. Kehilangan pekerjaan yang telah dibangun dengan energi, waktu dan biaya, bukan perkara mudah.