Kondisi ini dapat mempengaruhi kejiwaan dan mental seseorang. Ketika kita teringat atau bertemu seseorang yang dirasa telah menyakiti, maka akan semakin terbawa dalam pikiran menyakitkan. Tidak menutupi kemungkinan seseorang akan terbawa hingga depresi.
Memaafkan orang lain dapat menurunkan kecemasan, stress dan meningkatkan kesehatan mental. Tentu hal ini menguntungkan bagi diri kita sebagai si pemaaf. Jadi memaafkan orang lain bukan hanya menguntungkan sebelah pihak yaitu orang yang dimaafkan saja. Justru sebagai pemaaf, hidup semakin tenang dan jauh dari pahitnya tertekan atau depresi.
Memaafkan memang seperti jatuh cinta. Tidak dapat dibuat-buat dengan sengaja. Sikap memaafkan keluar dari hati paling tulus. Jika relung hati tertulus belum mampu memaafkan, memang tidak dapat dipaksakan. Namun, kita mampu untuk berusaha dengan cara menerima masa lalu, menyadari bahwa kita pun pernah melakukan kesalahan, dan yang paling penting adalah terus menebar kebaikan dan aura positif agar mampu untuk memaafkan.
Memaafkan tidak harus menanti lebaran tiba, tetapi momen lebaran ini justru waktu paling jitu untuk memfitrahkan diri. Bukan hanya menyucikan diri dari dosa-dosa, tetapi juga membersihkan diri dari pikiran-pikiran negatif yang merugikan diri sendiri. Yuk, saling memaafkan. Mohon maaf lahir batin, ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H