Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memaafkan Orang Lain: Apa Untungnya bagi Saya?

29 April 2023   15:50 Diperbarui: 29 April 2023   15:51 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memaafkan orang lain. In frame Lolly Martam. Dok: pribadi

Hari Raya Idulfitri adalah momen saling memaafkan dan masing-masing insan meluruhkan ego atas kesalahan di masa lalu. Saling memaafkan bahkan tak jarang suasananya berubah haru dan berderai air mata. Merasa bersalah dan merasa bersyukur telah termaafkan menjadikan suasana menjadi haru biru.

Saat lebaran tiba, seperti hari biasanya saya masih sempat berseluncuran di sosial media. Banyak unggahan permohonan maaf di beranda sosial media. Dari kata-kata bijak, foto hingga video permohonan maaf diunggah. Salah satu unggahan ada yang berbunyi, "Sudahkan kalian saling bermaafan dengan tetangga?" Iseng saya menelisik ke kolom komentar unggahan tersebut. Salah satu netter menimpali di kolom komentar, "Salaman sih udah, tapi untuk memaafkan enggak dulu deh, terlalu sakit."

Jadi, berjabat tangan dan mengucapkan permohonan maaf lahir batin hanya menjadi formalitas dan pemanis lebaran saja. Banyak yang beranggapan bahwa memaafkan orang lain yang telah menyakiti kita hanya akan menguntungkan sebelah pihak, yaitu dia yang telah menyakiti kita. Setelah dimaafkan pasti oknum yang menyakiti akan merasa tenang dan tak berdosa lagi.

Sesungguhnya memaafkan lain itu bukan bentuk dukungan atas kesalahan yang menyebabkan kita sakit dan merasa patah. Bukan berarti memberi kesempatan untuk melakukannya lagi kesalahan tersebut. Namun, memaafkan orang lain adalah bentuk berdamai dengan masa lalu dan menyelamatkan diri sendiri dari belenggu penyakit dendam dan kebencian.

Membenci seseorang dan belum memaafkannya hanya akan menjadikan diri sebagai orang yang terus tersakiti, bukan? Jika diri terus merasa tersakiti, di situlah penderitaan mengabadi dalam diri. Sama saja dengan menabung dan menumpuk penderitaan dalam jiwa.

Pelan-pelan cobalah untuk mengurai rasa sakit dan kebencian yang terpendam dalam dada kita. Berikan maaf, damai dengan masa lalu, dan tebarkan aura positif untuk memulihkan perasaan sendiri. Apa untungnya bagi diri kita jika memaafkan orang lain yang jelas telah menyakiti?

Keuntungan fisik memaafkan dapat menurunkan tekanan darah

Para peneliti dari University of California, mengemukakan bahwa orang-orang yang mampu melepaskan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain cenderung lebih rendah mengalami risiko lonjakan tekanan darah tinggi. Setelah mengambil 200 orang sampel untuk diteliti dan diberikan studi kasus, peneliti menemukan bahwa orang yang marah mengalami peningkatan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang dapat memaafkan.

Secara  luas diketahui bahwa seseorang yang mengidap tekanan darah tinggi berisiko mengalami komplikasi berbagai penyakit berbahaya. Ternyata menyimpan kebencian dan tidak memaafkan juga berakibat buruk bagi fisik seseorang.

Dengan tidak mau memaafkan orang lain, sakitnya akan berlipat ganda. Sakit hati dari seseorang yang bersalah tersebut dan sakit raga yang kita ciptakan sendiri dengan terus menyimpan dendam. Bahkan sakit fisik tekanan darah tinggi yang akan mengundang penyakit-penyakit kronis lainnya.

Keuntungan mental memaafkan dapat terhindar dari depresi

Jika belum dapat memaafkan orang lain, pikiran-pikiran negatif atas kesalahan dan sakit hati akan terus menghantui. Kebencian demi kebencian terus menemani hari-hari. Ada pula yang sampai benci jika orang yang telah menyakiti kita tampak berbahagia dalam hidupnya. Orang lain berbahagia, kita yang tidak memaafkan akan terus menderita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun