Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru, Ajian Tapak Guru, Wulan Umbara

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bukber Hemat, Tetap Nikmat: Asalkan...

20 April 2023   17:30 Diperbarui: 20 April 2023   17:32 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukber hemat, tetap nikmat dengan menu mie ayam. Dokumentasi peribadi

Buka puasa bersama atau bukber biasanya digelar oleh sekelompok orang yang bernaung dalam satu instansi, komunitas, keluarga, alumni sekolah dan lain sebagainya. Bukber biasanya bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi.

Keseharian yang menyita waktu tidak cukup untuk tercurah perhatian pada orang lain, momen bukber inilah yang lumrahnya dijadikan ajang saling perhatian dan berbagi. Namun seiring perkambangan zaman esensi kebersamaan bukber semakin memudar.

Kenikmatan bukber bukan semata-mata terletak pada menu makanan dan minuman yang disantap. Menu makanan dan minuman yang murah meriah di warung lesehan pun akan tetap terasa nikmat seiring kebersamaan yang tercipta.

Bukber hemat tetap nikmat asalkan inti dari momentum kebersamaan itu dapat benar-benar dinikmati. Sadarkah bahwa intisari dari kebersaam saat bukber itu justru sudah berbeda pola yang justru mengurangi nikmat bahkan mengurangi minat untuk mengikuti bukber.

Bukber tidak menjadi ajang pamer

Semahal apapun menu bukber, walau dimasak oleh chef profesional, nikmatnya bukber akan menurun jika momentum kebersamaan itu justru diperuntukan ajang pamer bagi sebagian orang. Apalagi untuk bukber alumni sekolah, biasanya begitu sensitif yang menimbulkan kurangnya nikmat bahkan kurang minat.

Sering lewat di FYP sosial media keluhan ibu-ibu tentang bukber alumni. Ada yang mengatakan insecure untuk turut serta karena bukber dijadikan ajang pamer pencapaian. Bahkan dari cara memanggil pun harus sesuai pencapaian. Misalnya, Pak Dokter, Pak Polisi, Bu Guru, Bu Bidan, Bu Jaksa dan lain-lain sesuai dengan profesi. Sedangkan yang berprofesi sebagai pedagang, ibu rumah tangga, sopir dan lain-lain akan merasa minder. Apa salahnya jika memanggil nama saja. Misalnya Pak Budi, Ibu Ani, Ibu Wati dan lain-lain. 

Belum lagi soal pencapaian apa yang dimiliki akan menjadi bahan perbincangan saat bukber. Misalnya soal kenaikan pangkat, soal kendaraan yang dimiliki, soal perumahan elit tepat tinggalnya, dan lain sebagainya. Kalau sudah semacam ini, apapun menunya tidak nikmat lagi.

 Walau dengan menu yang murah misalnya mi ayam di warung sekali pun, pasti tetap nikmat setelah lapar seharian. Ditambah lagi kebersamaan yang saling menghargai dan mengasihi. Kebersamaan yang berkualitas dengan tujuan utama mempererat tali silahturahmi.

Bukber tidak sibuk dengan gadget

Zaman mengubah segala sesuatunya. Ponsel yang tak dapat luput dari pandangan dan tangan telah menjadi fenomena yang lumrah. Fenomena ini juga dapat ditemui saat bukber. Susah payah mengumpulkan kawan untuk bukber di sela-sela kesibukan masing-masing, tetapi saat bertemu untuk bukber malah sibuk dengan ponsel masing-masing.

Menu dan momen bukber tak ubahnya seperti berbuka puasa biasanya di rumah. Yang diutamakan masih juga segala sesuatu di dunia maya atau dunia digital yang ada dalam genggaman. Lalu apa gunanya bukber jika demikian? Di mana letak nikmatnya? Bukankah nikmat bukber itu karena kebersamaannya?

Coba singkirkan dulu ponsel masing-masing di dalam kantong atau tas. Kemudian nikmati menu berbuka puasa diiringi obrolan ringan bersama kawan-kawan. Isi dan hikmah berbuka puasa akan dapat dirasakan dan dinikmati. Menu sehemat dan semurah apapun akan terasa lezat luar biasa.

Pada intinya bukber adalah tentang kebersamaan. Nikmatnya bukber bukan pada menunya semata. Kalau hanya soal menu, tidak perlu bukber, di rumah masing-masing juga dapat menikmati makanan. Justru bukber yang nikmat itu setelah dapat merasakan betapa indahnya kebersamaan dan berbagi cerita yang bermanfaat.

Tidak menjadikan bukber sebagai ajang pamer dan meluluhkan ego sejenak untuk menyingkirkan ponsel saat berbuka puasa bersama teman-teman atau keluarga besar, akan dapat dirasakan betapa nikmatnya kebersamaan. Menghemat menu berbuka tidak seimbang dibanding berharganya kebersamaan. Tidak penting sesederhana apa menunya, utamakan kualitas kebersamaannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun