Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mewujudkan Mimpi Menuju Kompas Melalui Program Kompasiana Infinite

27 Maret 2023   08:58 Diperbarui: 27 Maret 2023   09:20 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap layar Kompas.com

Hallo Kompasianers! Masih segar bugar di puasa hari kelima ini, kan? Tadi malam sebelum tidur, saya sempatkan membuka akun Kompasiana. Seharian sangat sibuk karena mempersiapkan masuk kerja hari pertama di Bulan Ramadan 2023 ini. Jadi menjelang tidur baru sempat membuka akun Kompasiana tercinta ini. 

Ada beberapa angka di fitur notifikasi pada akun ini. Saya klik fitur lonceng untuk melihat pemberitahuan apa yang masuk setelah seharian saya tinggalkan. Betapa terkejutnya bahwa salah satu dari notifikasi tersebut datang dari Program Infinite Kompasiana. Diberitahukan bahwa salah satu artikel yang saya tayangkan Bulan Maret ini masuk program infinite dan tayang di kompas.com.

Adapun judul artikel yang lolos kurasi program infinite berjudul "Persiapan Jelang Ramadan agar Ibadah Lancar" yang tanyang tanggal 5 Maret lalu. Artikel ini merupakan artikel ke-51 yang tanyang di akun Kompasiana setelah mulai rutin menulis sejak Mei 2022 lalu.

Awal Mendaftar Program Infinite Kompasiana

Saya masih termasuk newbie di sini. Beberapa fitur dan program ada yang belum saya pahami. Hingga bulan lalu saya melihat ada fitur di Kompasiana  yang menyediakan program infinite. Program ini menjembatani antara tulisan Kompasianers dengan media massa di luar saja. Artinya, jika mengikuti program ini, maka tulisan kita akan dikurasi kembali untuk dapat tanyang di media-media massa.

Tanpa pikir panjang, saya mendaftarkan diri pada Program Infinite Kompasiana tersebut. Beberapa syarat tertera jelas dan mekanismenya tidak ribet. Cukup mendaftar, menanyangkan konten, kemudian konten diseleksi dan jika lolos akan disunting. Setelah itu akan tanya di media massa yang meminati tulisan kita tersebut. Menariknya lagi adalah program ini berhonor juga memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan gratis dari program ini. Keren sekali, bukan?

Impian Menuju Kompas.com

Siapa yang tidak kenal media massa sebesar kompas.com? Seluruh warna Negara Indonesia rasanya tahu, pernah mengakses dan membaca tulisan yang disajikan di kompas.com. Begitupun dengan saya, justru saya lebih duluan mengenal Kompas sebelum saya tahu Kompasiana. Saya mengenal Kompasiana baru setelah teman di Instagram memberi tahu saya soal mendaftar dan keuntungan join di sini. Tapi untuk Kompas sendiri tentu sudah diketahui jauh-jauh hari. 

Sejujurnya, saya pernah mengirim naskah ke kompas.com pada Bulan Januari 2021 lalu. Terhitung sudah dua tahun lalu saya mengirim naskah ke kompas.com. Naskah yang saya kirim berupa cerpen. Memiliki tulisan yang bertengger di Kompas adalah salah satu impian besar saya saat itu.  Dikirimlah naskah cerpen terbaik versi saya kala itu. 

Pihak Kompas tidak langsung merespon email yang dikirim. Rentang waktu yang diberikan sekitar tiga bulan. Maka selama tiga bulan itu pula saya menanti. Dari Januari hingga April 2021 adalah penantian panjang yang mendebarkan. Walaupun saat itu saya tidak hanya mengirim cerpen di Kompas saja. Masih ada beberapa cerpen yang dikirim ke media massa lain. Beberapa bahkan telah tayang.

Apa yang terjadi dengan naskah cerpen saya? Bulan April 2021, saya menerima sebuah surel yang dikirim oleh Kompas langsung. Isinya menyatakan bahwa cerpen saya belum memenuhi kriteria untuk tayang di Kompas. Sedih pasti, tetapi tahu diri lebih pasti lagi. Artinya memang cerpen yang dikirimkan belum mumpuni secara kualitas. Justru dengan penolakan itu, saya belajar lagi dan meningkatkan skill menulis fiksi.

Saya percaya bahwa setiap karya pasti bertemu jodohnya, sedangkan cerpen saya tersebut belum berjodoh dengan Kompas. Entah berjodoh dengan media lain atau masih perlu diperbaiki agar layak dan mumpuni untuk tayang di media massa impian. Dan tadi malam, saya tidak menyangka jika artikel saya di Kompasiana berjodoh dengan Kompas setelah mengikuti Program Invinite Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun