Jika sudah terlanjur mengungkapkan dan sama-sama tahu, alangkah bijaksananya jika saling menjauhi. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan buruk terjadi. Tak ada yang perlu diungkit-ungkit soal rasa dari pada terjerumus dalam kesalahan atau larangan.
Namun jika tidak dapat saling menjauhi dikarena kondisi tertentu, misalnya dikarenakan persahabatan, rekan kerja sekantor, teman sekelas, dan kondisi lainnya, tidak harus saling menjauhi tetapi saling mengoreksi pribadi masing-masing. Respons mengoreksi diri untuk tidak terpanggil cinta yang salah butuh kekuatan maksimal. Jika mampu merespons sebijak ini, tentu karakter tersebut sangat baik dan kuat.
Jika fisik tak dapat saling menjauhi, tetapi responslah dengan menjauhi perasaanya itu sendiri. Pikirkan matang-matang dampak positif dan negatifnya. Jika merasa memungkinkan dan mampu, tetaplah bersahabat, jika tak mampu seperti itu maka menjauhi itu adalah suatu keharusan.
Tak ada dalih untuk menyalahkan rasa cinta yang alami datang begitu saja. Tetapi manusia yang dianugrahi akal oleh Tuhan telah diberi kemampuan untuk merepon sebijak-bijaknya dari rasa tersebut. Cinta itu mutlak tak dapat ditolak tetapi respons itu macam-macam tergantung kesadaran dan kebijakan pribadi. Paparan ini berlaku bukan hanya pada kasus "cinta di waktu yang salah" saja, tetapi untuk macam-macam cinta yang terlarang, misalnya cinta beda keyakinan, masalah adat dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H