Menulis adalah hobi yang tergolong murah meriah, tak perlu banyak modal untuk memenuhi hobi ini. Hanya membutuhkan laptop atau bahkan dengan gawai saja, tulisan kita sudah bisa disusun dan tayang di media-media. Wadah untuk menampung karya tulis juga sudah sangat banyak. Platform menulis daring marak dan menjadi lahan unjuk karya yang positif.
Walau sudah banyak platform menulis daring, tetapi masih banyak penulis yang melirik penerbitan. Biasanya penulis membutuhkan International Standard Book Number (ISBN) pada buku karya mereka. Sayangnya tidak semua tulisan dapat diterbitkan dan disematkan ISBN. Ditolak oleh penerbit adalah hal yang lumrah sekaligus patah bagi penulis. Bagaimana cara penulis untuk meminimalisir patah hati karena ditolak penerbit?
Teliti ulang naskah sebelum dikirim ke penerbit
Membaca kembali naskah setelah proses penulisan dan penyuntingan mandiri dimaksudkan untuk memastikan kesiapan dan kemantapan naskah. Sebisa mungkin editor tidak menemukan kesalahan pengetikan dan menemukan kecacatan fatal pada tulisan yang dikirimkan ke penerbit. Dikhawatirkan jika editor menemukan beberapa kecacatan pada naskah, akan mengurangi minat editor untuk menyelesaikan mereview naskah. Kalau sudah begini, naskah bisa kehilangan kesempatan untuk dibukukan atau diterbitkan.
Jadi, jangan malas untuk meneliti kembali naskah sebelum dikirim ke penerbit tujuan. Jangan karena sudah melalu proses penyuntingan mandiri, penulis lantas merasa yakin tak ada kesalahan lagi pada naskah.
Menilik kembali persyaratkan yang diminta penerbit
Sering saya ditanya oleh teman-teman, "Bagaimana cara menerbitkan buku? Apa syarat dari penerbit untuk dapat menerbitkan buku?"
Sesungghnya setiap penerbit memiliki persyaratan yang berbeda-beda. Sebelum memutuskan untuk mengirim naskah ke penerbit, pasti penulis sudah mencari tahu persyaratan naskah yang diminta oleh penerbit. Misalnya syarat-syarat naskah yang diminati oleh penerbit, syarat-syarat format naskah yang harus dikirim, dan syarat-syarat lainnya.
Pastikan penulis menilik kembali persyaratan yang ditawarkan oleh penerbit. Jangan sampai ada satu pun syarat yang luput atau tertinggal.
Tulis pengantar dan proposal
Jika naskah dikirim melalui surel, naskah pasti dikirim dalam lampiran, maka jangan lupakan badan surel untuk diisi pengantar. Selayaknya kita mengantar sesuatu ke rumah orang, perlu ada salam dan kata-kata penyerahan. Ini etika dan formalitas penulis mengantarkan naskahnya kepada penerbit.
Jika naskah dikirim melalui website penerbit, sebaiknya lampirkan proposal untuk naskah sebagai pengantar antara penulis dan penerbit. Proposal berisi pengajuan naskah untuk diterbitkan ke penerbit tujuan. Biasanya di beberapa penerbit memang meminta proposal untuk pengiringi naskah.
Begitu beberapa tips sentuhan terakhir yang harus penulis lakukan sebelum benar-benar mengirim naskahnya ke penerbit. Semangat menulis para pejuang ISBN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H