Tekanan, trauma dan depresi berpotensi menyebabkan berbagai penyakit pada fisik penderitanya. Ada berbagai penyakit fisik terkait dengan tekanan mental , yaitu tekanan darah, sulit tidur dan gangguan denyut jantung.Â
Jika depresi dan beban mental lainnya dapat tersalurkan setelah terapi menulis ekspresif, secara berlahan tekanan darah akan menjadi normal dan denyut jantung berangsur normal pula.
Seseorang dengan derita mental seperti trauma dan depresi biasanya tidak dapat tidur dengan lelap. Mimpi-mimpi buruk tak ubahnya hantu dan membangunkan tubuhnya di tengan malam.Â
Gangguan tidur ini dapat menyebabkan berbagai penyakit pada fisik. Dengan terapi menulis ekspresif, tubuh pun dapat diatur untuk jadwal tidur yang baik dan lebih lelap setelah masalah tersalurkan melalui tulisan. Kondisi tubuh akan berangsur membaik dan kekebalan tubuh meningkat.
Jenis Tulisan Menulis Ekspresif
Tidak ada jenis tulisan dalam menulis ekspresif, tulisan bersifat bebas sebebas-bebasnya. Tidak diperlukan ejaan yang sempurna atau sesuai kajian kamus Bahasa, maupun jenis tulisan yang lumrah dibaca. Namun jika mau, bisa dicoba untuk menulis dengan jenis tulisan yang disukai.
Tulisan dapat dalam bentuk buku harian yang di dalamnya dapat berisi keluh kesah, amarah, sumpah serampah, harapan dan segala bentuk luapan perasaan. Buku harian sifatnya pribadi maka bebas si pemiliknya untuk meluapkan apa saja.
Penderita juga dapat menulis puisi yang dramatis sehingga perasaan lebih larut dan sampai bersimbah air mata. Kata-kata yang puitis dari dalam dirinya dapat menjadi bait-bait pelipur lara dan nelangsa.
Jika ternyata penderitanya adalah seorang penulis atau orang yang sudah biasa menulis dengan berbagai aturan, menulis ekspresif dapat dalam bentuk cerita pendek atau cerpen. Saya sendiri beberapa kali melakukannya. Meluapkan kekesalan dan ketakutan dalam bentuk cerpen.
Yang lebih Panjang lagi, penderita dapat menulis ekspresif dalam bentuk novel seperti yang dilakukan mantan presiden RI Almarhum B. J. Habibie ketika ditinggal oleh mendiang isterinya. Duka mendalam membawa beliau dalam keresahan yang dituangkan dalam sebuah novel berjudul Habibie dan Ainun.
Menulis ekspresif tak perlu diedit atau disensor, silakan menulis sebebasnya karena menulis untuk terapi dan konsumsi pribadi. Beda hal jika tulisan tersebut hendak dipublikasikan ke khalayak ramai.
Tulisan ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi yang selalu menuangkan keresahan, tekanan dan penyesalan dalam tulisan ekspresif untuk mengurangi gangguan jantung yang saya derita. Menulis ekspresif menjadi salah satu cara untuk healing yang murah dan melegakan, bukan? Semoga tulisan ini bermanfaat, ayo menulis dan semua akan baik-baik saja.